Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan jenis ikan perairan asli Indonesia yang tergolong komoditas ekonomis tinggi, namun mudah dipelihara sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat dengan teknologi yang sederhana baik secara monokultur maupun polikultur. Sumber daya genetik udang galah biasanya ditemukan di perairan-perairan tawar umum yang berair mengalir tenang hingga menggenang seperti sungai, danau atau telaga.
Udang galah asal DAS Bengawan Solo memiliki potensi yang cukup besar untuk didomestikasi dan dikembangkan serta dikaji lebih lanjut. Kegiatan domestikasi udang galah asal DAS Bengawan Solo dilakukan melalui pengadaan sejak tahun 2013. Adapun uji karakterisasi dan evaluasi dimulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2021 di Unit Kerja Budidaya Air Payau (UK-BAP) Samas yang terletak di Dusun Samas, Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengujian terhadap ketahanan penyakit dan toleransi terhadap lingkungan serta uji proksimat dan genotipe, dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM Yogyakarta, Laboratorium BBPBAP Jepara, dan Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kegiatan ini membuahkan hasil dengan terbitnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2022 tentang Pelepasan Udang Galah “SIJAWA” (ProdukSI JogJA IstimeWA).
Keunggulan Udang Galah SIJAWA dapat dilihat dari segi reproduksi (fekunditas 1.033±127 butir telur per gram induk, derajat pembuahan 100%, derajat penetasan 77,53%, dan dapat dipijahkan sepanjang musim), produktivitas (fase pembesaran sintasan 70-91%, konversi pakan 1,18-1,52) dan tahan terhadap penyakit (bakteri Vibrio harveyi; parasit Epistylis sp., Vorticella sp. dan Halotrema sp.; dan Virus MrNV 0,05-0,15 ml/individu). Apabila dibandingkan dengan udang galah lainnya yang telah dirilis (strain SiRatu), udang galah SIJAWA memiliki keunggulan yaitu fekunditas yang lebih tinggi sebesar 20,11%. Keunggulan lainnya secara relatif terhadap udang galah varietas SiRatu pada fase pembenihan adalah laju sintasan lebih besar (+3,59%) dan nilai konversi pakan pada fase pembesaran lebih rendah (-6,38%).