Apotik hidup. Program keluarga untuk menanam tanaman obat di era Presiden Soeharto ini sempat memberikan sebuah pencerahan bagi masyarakat Indonesia. Sayangnya kegiatan ini hilang ditelan zaman.
Kini dengan makin mahalnya biaya berobat dan pola hidup yang herbalis, kegiatan menanam tanaman obat di pekarangan menjadi peluang yang terbuka. Di Ibukota DKI Jakarta, ternyata ada kelompok tani yang khusus mengembangkan tanaman obat, bahkan memproduksi jamu gendong yakni Kelompok Tani Lestari (Jamu Gendong Lestari).
Ketua Kelompok Tani Lestari, Lasmi mengatakan, dirinya saat pindah ke Jakarta tahun 1982 dirinnya mencoba bisnis jamu gendong. Awalnya bahan baku jamu tersebut dibeli dari pasar. Tapi karena pekarangan rumahnya terbengkalai, Lasmi lalu mencoba menanam tanaman obat keluarga (toga), seperti empon-emponan dan kumis kucing.
“Jadi bahan baku untuk membuat jamu diambil dari pekarangan. Lalu ampas dari jamu dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman dipekarangannya,” katanya. Kini kurang lebih ada 200 jenis tanaman obat yang ditanam. Misalnya, kunyit, temulawak dan jahe.
Meski tempat tinggalnya di daerah Mampang, Jakarta Selatan tergolong daerah padat penduduk, tapi Lasmi masih bisa menanam tanaman toga di pekarangan. Berkat tanaman toga ini, banyak tetangga yang terbantu saat memerlukan untuk obat.
Ternyata Lasmi tidak hanya menanam toga, berbagai jenis sayuran kini juga tumbuh di pekarangan. Dengan menanam toga dan tanaman sayur, Lasmi mendapat tambahan pendapatan dari pekarangan rumahnya. Bahkan dia bisa kapan saja mengambil dan memanfaatkan apa yang ditanam. “Kalau saya perlu sesuatu, ya tinggal petik saja dari pekarangan. Tetangga di sekitar pun demikian, kalau membutuhkan sesuatu tinggal ambil,” katanya.
Lestarikan Obat Tradisional
Jika melihat potensi tanaman obat di Indonesia sangatlah banyak. Sayangnya keberadaan tanaman obat asli Indonesia kian tergusur obat-obatan berbahan baku kimia. Salah seorang yang kini berupaya melestarikan keberadaan tanaman herbal adalah Kameliati.
Peracik ramuan Obat herbal asal Kalimantan Tengah juga mengembangkan tanaman obat tradisional. “Semua jenis tanaman obat lengkap ada di pekarangan rumah saya. Semua memiliki manfaat dari penyakit ringan hingga penyakit berat,” katanya.
Alasan Kameliati mengembangkan tanaman obat di pekarangan karena makin sulitnya mencari tanaman obat di hutan akibat pembukaan lahan hutan dan pemekaran wilayah. Karena itu dia mencari solusi dengan menanam tanaman obat yang penting di sekitar pekarangan rumah. Jadi selain berfungsi sebagai kebun obat (herbal garden), juga membuat penghijauan di sekitar rumah tinggal.
Kameliati mengaku banyak keuntungan menanam tanaman obat di pekarangan rumah. Misalnya, jika dia atau keluarganya sakit, maka bisa langsung segera diatasi secara tradisional. Paling tidak bisa mengurangi rasa sakit. “Jadi saya tidak perlu lama harus berobat ke dokter untuk mendapatkan obat,” ujarnya.
Kameliati kini dinobatkan sebagai Ketua Kelompok Tani Saluang Sepakat yang merupakan kelompok tani penanaman obat tradisional dayak Kalimantan Tengah. Tiap anggota memiliki luas lahan 50 x 200 meter persegi. “Dulu saya hanya sekedar penjual, dan hobi menanam di pekarangan. Sekarang saya bisa bekerjasama dengan masyarakat di desa mendirikan apotik hidup,” kata dia.
Kini ada sekitar 384 jenis tanaman herbal yang dapat diramu untuk menjadi obat berbagai penyakit. Antara lain, akar kuning untuk menyembuhkan malaria dan maag, akar ulin untuk obat awet muda. Ada lagi kayu bawi untuk menyembuhkan sakit pinggang dan batu ginjal.
Kameliati menjelaskan, ada beberapa tanaman obat yang cocok di pekarangan rumah. Contohnya, jahe, selain sebagai bumbu masakan yang enak juga merupakan tanaman obat yang paling populer untuk mengembalikan stamina dan menghangatkan badan.
Tanaman kemangi juga sangat baik ditanam di pekarangan rumah. Fungsinya selain sebagai menu lalapan, juga bisa mengobati beberapa penyakit ringan seperti perut kembung, kurang nafsu makan, luka goresan dan menghilangkan bau badan.
Kunyit juga dapat dibudidayakan di pekarangan rumah. Tanaman tersebut banyak dimanfaatkan sebagai obat alami seperti obat maag, kurang darah. Tanaman obat lainnya adalah Binahong. Tanaman obat ini berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit ringan dan berat. “Binahong juga berfungsi sebagai antibiotik alami yang mempercepat kesembuhan infeksi di dalam dan luar tubuh,” kata Kameliati.
Meski usahanya melestarikan tanaman obat herbal relatif berjalan, dia mengaku masih memerlukan pendamping. Terutama manajemen pemasaran yang berkelanjutan dan pengolahan lahan yang kurang subur. Banyak lahan di Kalimantan Tengah yang berpasir dan terlalu panas. Cla/Echa/Yul
Sumber : (http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/menghidupkan-kembali-apotik-hidup/)