Tanaman anggrek tanah akan tumbuh sempurna apabila kebutuhan hidupnya tercukupi secara optimal. Seperti tanaman pada umumnya, faktor-faktor yang memepengaruhi kehidupan anggrek adalah cahaya, air, udara, suhu dan unsur hara.
Sinar Matahari
Spathoglottis akan tumbuh baik dibawah kondisi dalam naungan maupun dibawah matahari penuh tergantung spesies. Tanaman muda atau bibit anggrek biasanya memerlukan cahaya yang lebih sedikit di banding tanaman dewasa.
Pertumbuhan anggrek yang kekurangan cahaya akan menyebabkan tanaman tidak mau berbunga. Jumlah cahaya yang tepat dicirikan dengan warna daun hijau muda, permukaan daun mengkilat, tanaman tumbuh segar dan rajin berbunga.
Air
Air berperan sebagai alat pelarut, pengolah dan pengangkut unsur hara dari akar ke keseluruh bagian tanaman. Kelembaban udara yang baik untuk anggrek adalah sekitar 50%-70% tergantung jenisnya. Pada kelembaban yang baik tanaman dapat mempertahankan kandungan air dalam batang dan daunnya, sehingga penyiraman air tidak boleh berlebihan karena akan terjadi pembusukan.
Udara
Udara yang bergerak atau sirkulasi udara yang baik diperlukan tanaman untuk mengurangi panas yang disebabkan oleh terik matahari. Selain itu juga mengurangi kemungkinan adanya jamur dalam kondisi udara lembab dan diam.
Sebagai tanaman tropis, anggrek memerlukan suhu harian antara 27-30 derajat Celcius dan suhu malam pada kisaran 21derajat Celcius tergantung jenis.
Media Tanam
Anggrek tanah memerlukan medium yang berfungsi sebagai sumber makanan utama bagi tanaman. Fungsi sebagai sumber makanan ini dapat digantikan dengan pemberian pupuk buatan pabrik.
Namun ternyata media yang kaya akan bahan makanan masih penting sebagai tempat hidup anggrek tanah dan pemberi makanan yang konvensional. Sehingga pemakaian humus, kompos dan pupuk kandang sangat diperlukan.
Medium yang diinginkan Spathoglottis adalah medium dengan drainase yang baik. Sehingga apabila menggunakan media tanah, harus dicampur dengan bahan-bahan yang mudah meloloskan air.
Sebagai bahan campuran dapat menggunakan tanah, sekam bakar, sersah daun bambu/andam dan pasir. Untuk campuran media tanpa tanah dapat menggunakan sersah daun bambu, sekam bakar/pasir, dan pupuk kandang.
Tanaman ditanam dengan posisi pseudobulb bagian atas tidak terbenam, untuk menghindari kebusukan.
Drainase
Untuk tanaman golongan terestria seperti Spathoglottis, diperlukan cara pengairan yang hati-hati khsusnya untuk anggrek yang sedang berada dalam masa istirahat. Apabila diberikan air berlebihan akan berakibat pada bagian yang berada di dalam tanah.
Cara yang aman adalah dengan memberi kebasahan dalam arti bukan basah kuyup pada tanaman ini pada masa pertumbuhan, sedang dalam masa istirahat air hanya boleh diberikan dalam jumlah minimum untuk mencegah kekeringan total.
Spathoglottis merupakan tanaman yang vigor dengan system perakaran yang cepat berkembang, sehingga apabila di tanam di pot, dipilih pot yang dalam.
Pemupukan
Pertumbuhan anggreknya yang cepat memerlukan suplai hara yang lebih banyak. Pemakaian media yang mengandung pupuk kandang atau kompos sudah cukup, namun untuk memberikan hasil yang maksimal, pemupukan tambahan perlu dilakukan.
Yang harus diingat adalah bahwa fungsi pupuk tambahan ini adalah sebagai pembantu pertumbuhan, bukan penyebab pertumbuhan.
Pupuk organik cair dapat ditambahkan dengan cara melarutkan pupuk tersebut dengan konsentrasi 2 cc per liter, dan disiramkan dalam tanah setiap satu minggu sekali.
Pemangkasan
Pemangkasan daun dilakukan secara teratur dengan memotong bagian-bagian yang dapat mengganggu terutama pada daun-daun yang sudah mulai coklat dan tangkai bunga yang telah mengering.
Penggantian Media
Penggantian media dilakukan bersamaan dengan pemisahan anakan, terutama pada tanaman yang telah banyak membentuk rumpun, sehingga pot tidak mampu lagi menampung tanaman.
Pengendalian OPT
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida sesuai kebutuhan. Biasanya hama yang sering dijumpai menyerang Spathoglottis adalah lalat putih, semut, dan laba-laba.
Serangan hama lalat putih yang hebat dapat menyebabkan tanaman mati, karena hama tersebut menghisap cairan dalam daun. Selain itu tanaman menjadi kotor/berwarna hitam seperti embun jelaga.
Sedangkan penyakit sering dijumpai adalah busuk sclerotium yang menyerang akar, umbi semu dan pangkal daun. Hal ini terjadi apabila tanaman dalam kondisi media terlalu basah, sehingga serangan organisme kedua seperti jamur dapat menyerang. Akibatnya tanaman menjadi busuk.
Sumber: http://balithi.litbang.pertanian.go.id