BUDIDAYA KEDELAI YANG POTENSIAL
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.
Beberapa hal yang dapat diperhatikan dalam budidaya tanaman kedelai antara lain :
1. Persiapan Lahan
Lahan untuk menanam kedelai dapat disiapkan dengan baik. Jika tanah yang digunakan setelah penanaman padi tidak perlu diolah, namun jerami padi sebaiknya dipotong pendek, sedangkan untuk memberantas gulma dapat disemprot dengan herbisida kontak (secara langsung) atau sistemik (tidak secara langsung). Saluran drainase/irigasi dibuat dengan kedalaman sekitar 25-30 cm dan lebar 20 cm setiap 3-4 m. Saluran ini berfungsi mengurangi kelebihan air bila lahan terlalu basah dan saluran irigasi pada saat tanaman perlu tambahan air.
2. Penanaman
Jarak tanam tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan umur tanaman. Semakin tinggi kesuburan tanah, jarak tanam yang digunakan yang lebih berjarak begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kesuburan tanah menggunakan jarak tanam yang lebih rapat atau dekat. Hal yang sama berlaku pada umur varietas, varietas yang umur pendek (genjah), sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih dekat/rapat dan sebaliknya.
Pada lahan sawah tadah hujan, lebih baik penanaman dilakukan tidak lebih dari 7 hari setelah panen padi. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan kelembaban tanah untuk perkecambahan benih. Pada kondisi tanah kering, hal yang dapat dilakukan petani yaitu membuat alat tugal yang dilengkapi dengan penampungan air. Alat ini cukup efektif membantu biji berkecambah pada kondisi tanah kering.
3. Pemupukan
Untuk lahan sawah bekas pertanaman padi, cukup diberikan pupuk NPK dengan dosis 200 – 300 kg/ha, tergantung dari tingkat kesuburan tanah. Pemberian pupuk diberikan secara disebar di antara barisan tanaman. Setelah ditaburi pupuk segera berikan air untuk menghindari terjadi kekeringan tanaman akibat reaksi pupuk, atau bisa sebaliknya (memberi pupuk setelah tanaman di siram).
4. Pengairan
Tanaman kedelai sangat peka terhadap kekurangan air pada awal pertumbuhan saat berbunga dan saat pengisian polong sehingga pada fase ini tanaman harus diberikan air apabila tidak turun hujan. Sebagian saluran air dapat ditutup pada saat pemberian air untuk mempercepat peresapan air keseluruh bagian sawah.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman kedelai :
Ulat Grayak : Ulat memakan seluruh bagian daun kecuali tulang daun, sehingga daun-daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih.
Penggerek polong: Gejala serangan yang biasa ditandai dengan masuk ke dalam polong. Selain makan polong, ulat muda juga menyerang daun-daun dan bunga.
Penggerek polong kedelai : Penggerek polong dapat ditemukan dipermukaan pertanaman kedelai sejak pembungaan sampai menjelang panen.
Secara umum pengendalian hama pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida dilakukan bila mencapai intensitas kerusakan lebih dari 2% dan jika ditemukan 1 pasang serangga dewasa pada 20 rumpun tanaman, atau jika ditemukan 2 ulat per tanaman (tingkat serangan mencapai lebih dari 2,5%).
6. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan apabila semua daun tanaman telah rontok, polong berwarna kuning/coklat, dan telah mengering. Panen dilakukan dengan cara memotong pangkal batang menggunakan sabit agar menghindari tercampurnya hasil panen dengan tanah. Perontokan dapat dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin Power Treser atau manual dengan kayu.
Biji yang sudah dibersihkan dapat dijemur selama 3 sampai 5 hari tergantung kondisi cuaca. Untuk penyimpanan biji sebaiknya menggunakan karung plastik. Hal ini dimaksudkan agar bertahan lama dan tidak mudah diserang oleh hama dan penyakit. Biji yang mau dijadikan benih sebaiknya kadar airnya berkisar 9-10% dan disimpan dalam wadah yang tertutup seperti jergen atau drum untuk benih jumlah yang terbatas.