Dengan menggunakan teknologi kultur jaringan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) tahun ini memproduksi bibit tebu unggul yang sehat sebanyak 100 juta mata. Dr. Ir. Suyoto Hadisaputro Direktur P3GI mengatakan teknik kultur jaringan dalam perbanyakan bibit tebu unggul hasilnya lebih cepat dan berkualitas dibandingkan cara biasa. Bibit tebu asal kultur jaringan dapat diperoleh hanya dalam waktu 1,5 tahun saja dan dapat diperbanyak hingga 100 kali. Bibit hasil kultur jaringan tersebut adalah sudah termasuk G2. Peningkatan kapasitas produksi Planlet (G0) yang semula hanya 250 ribu per tahun akan meningkat menjadi 1 juta planlet per tahun. Peningkatan kapasitas produksi planlet akan meningkatkan juga produksi bibit tebu G2.
Bibit yang diperoleh pada generasi kedua (G2) relatif seragam keragaannya serta sehat dan murni varietasnya. P3GI telah menyalurkan bibit tebu unggul G2 sebanyak 14 juta mata ke petani tahun 2011 yang lalu. Saat ini, P3GI sedang melakukan revitalisasi laboratorium kultur jaringan guna meningkatkan kapasitasnya dengan dana Rp. 3 milyar yang diperoleh dari pemegang saham PT. Riset Perkebunan Nusantara (PT. RPN). “Dengan tambahan dana tersebut, P3GI siap menyalurkan 30 juta mata varietas tebu unggul pada tahun 2012 dan lebih dari 100 juta mata pada tahun 2013 nanti,” katanya. Sutoyo mengatakan dengan melakukan kultur jaringan, maka dapat membantu percepatan rehabilitasi tanaman tebu dan penataan varietasnya untuk swasembada di 2014. Kegiatan rehabilitasi ini memerlukan benih tebu dalam jumlah besar, yaitu sekitar 8 milyar mata siap salur dalam kurun waktu 2009 – 2014. Kebutuhan benih tersebut di atas tidak dapat hanya dipenuhi dari penyediaan bibit unggul secara konvensional. Cara konvensional membutuhkan waktu yang lama dalam penyediaan bibit, yaitu 4 – 5 tahun untuk bibit siap salur ke petani dengan tingkat penangkarannya yang rendah (8 – 12 kali). Rentang waktu yang lama ini juga berpotensi terjadi akumulasi penyakit sistemik yang dapat menurunkan potensi produktivitasnya. “Oleh karena itu, dengan kultur jaringan penyediaan bibit varietas unggul dapat dilakukan dengan lebih efisien,” ujarnya.