JogjaBenih
  • Beranda
  • Profil JB
    • Tentang Jogja Benih
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
  • Informasi Publik
    • Artikel
    • Berita
    • Harga/Stok Benih/Bibit
    • Pedoman/Panduan
    • Pengumuman
    • Profil Benih/Bibit
    • Profil Instansi
    • Serba serbi Perbenihan
    • Varietas yang dilepas
  • Kontak
  • Login

ARTIKEL LAINNYA
Pengembangan Kebun Induk Kelapa Kopyor di BP3MBTP DPKP DIY PENGOLAHAN LIMBAH BUAH DAN SAYUR MENJADI PUPUK ORGANIK: SOLUSI RAMAH LINGKUNGAN UNTUK PERTANIAN MENGENAL LEBIH DEKAT BUDIDAYA TANAMAN ROSELLA : MANFAAT, CARA MENANAM, DAN TIPS BUDIDAYA PISANG STRATEGI KENDALIKAN HAMA PADI BUDIDAYA TOMAT PENGELOLAAN AIR DALAM BUDIDAYA JAGUNG
Selengkapnya

Loading

Pengembangan Kebun Induk Kelapa Kopyor di BP3MBTP DPKP DIY

Dipublikasikan oleh: Amara Adilla, Pada 13 August 2025, Dalam kategori: Artikel

Artikel bahan Buletin Pengembangan Kebun Induk Kelapa Kopyor di BP3MBTP DPKP DIY
Disusun Oleh : Putri Widya Sari, Annieqah Athiatul Awwal, Siti Nur Hasanah

 

Pendahuluan

Kegiatan produksi benih yang dilakukan di UPTD Balai P3MBTP meliputi produksi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Balai P3MBTP Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari beberapa unit produksi. Produksi tanaman pangan meliputi Unit Wilijan, Berbah, Gading, Kedung Poh, dan Gesikan. Produksi tanaman hortikultura meliputi Unit Ngipiksari, Tambak, dan Wonocatur. Produksi tanaman perkebunan meliputi Unit Ngipiksari, Tambak, dan Potrobayan.

Salah satu unit yang berperan penting dalam pengembangan tanaman perkebunan adalah Unit Tambak, yang tidak hanya berfokus pada produksi kelapa kopyor, tetapi juga melibatkan berbagai aspek pengelolaan dan pengembangan kelapa kopyor yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Di Unit Tambak, selain kelapa kopyor, juga dilakukan pembinaan terkait dengan pemilihan benih unggul, teknik pemupukan yang tepat, dan perawatan tanaman kelapa yang lebih optimal untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

Unit Tambak, yang menjadi bagian dari produksi tanaman perkebunan, memiliki peran yang sangat strategis dalam memproduksi benih kelapa kopyor yang berkualitas. Dalam hal ini, UPTD Balai P3MBTP bekerja sama dengan petani lokal untuk memastikan keberlanjutan produksi kelapa kopyor dengan kualitas yang terus meningkat, melalui program penyuluhan yang rutin dan teknik pertanian yang baik, petani diharapkan dapat meningkatkan hasil panen kelapa kopyor, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga mampu memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang.

Selain itu, Unit Tambak juga berkolaborasi dengan unit-unit lain di Balai P3MBTP, seperti Unit Ngipiksari dan Wonocatur, yang terlibat dalam produksi tanaman hortikultura, untuk memperkenalkan teknik pertanian terpadu yang dapat diterapkan dalam pengelolaan kelapa kopyor, dengan demikian, keberadaan kelapa kopyor di daerah ini tidak hanya memberi dampak positif bagi ekonomi petani, tetapi juga meningkatkan keragaman produk pertanian di Yogyakarta.

Selain dalam aspek pertanian, kelapa kopyor juga diolah menjadi berbagai produk kuliner yang khas, seperti es kelapa kopyor dan kue tradisional, yang semakin memperkaya khazanah kuliner daerah. Upaya pengenalan produk ini pun terus dilakukan melalui berbagai festival kuliner, pameran, dan kerja sama dengan pelaku usaha kuliner. Dengan langkah-langkah ini, kelapa kopyor diharapkan dapat lebih dikenal luas, baik di tingkat nasional maupun internasional, memberikan nilai tambah bagi petani lokal, serta memperkuat identitas kuliner Yogyakarta.

Isi  

Kelapa kopyor adalah jenis kelapa yang tumbuh secara tidak normal karena faktor genetik. Daging buahnya (albumen) memiliki tekstur berbutir, lembut, dengan susunan yang longgar dan kandungan minyak yang rendah. Kentos (haustorium) tidak berfungsi untuk menyerap zat makanan. Selain itu, lembaga kelapa ini sangat lemah atau lunak, sehingga tidak mampu menembus lapisan sabut dan berkembang menjadi tunas.

Hingga kini, kelapa kopyor tetap menjadi buah yang langka dan harganya sangat mahal. Hal ini wajar, karena kelapa kopyor memiliki rasa yang khas lezat, gurih, dan gembur. Selain itu, kelapa kopyor juga tergolong langka dan tidak selalu tersedia di pasaran, membuat harganya 10 hingga 15 kali lebih mahal dibandingkan dengan kelapa biasa.

Kelapa tersebar luas di Indonesia, baik di dataran rendah maupun tinggi. Namun, tidak semua pohon kelapa dapat menghasilkan buah kopyor. Hanya pohon kelapa yang memiliki gen kopyor yang dapat menghasilkan buah tersebut. Munculnya sifat tertentu pada tanaman ditentukan oleh pasangan gen. Sifat kopyor dibawa oleh pasangan gen resesif (kk), yaitu gabungan dua gen kopyor yang bisa berasal dari pohon yang sama atau berbeda. Sifat ini tidak akan muncul jika gen resesif (k) berpasangan dengan gen kelapa biasa yang dominan (K). Oleh karena itu, buah kopyor hanya bisa terbentuk jika terjadi persilangan antara bunga yang masing-masing memiliki sifat kopyor. Dalam satu malai bunga yang terdiri dari 6-8 buah kelapa, hanya 1 atau 2 buah yang akan menjadi kopyor, dan itu hanya jika pohon tersebut memiliki gen kopyor.

Secara teori, sifat kopyor diwariskan oleh kedua tetuanya dan akan diturunkan kepada keturunannya. Namun, pohon kelapa dengan buah 100% kopyor tidak pernah ditemukan di alam. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa sifat kopyor tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi juga oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu, upaya untuk menghasilkan buah kopyor dilakukan dengan cara mengubah kondisi lingkungan pohon kelapa, seperti memberi garam di sekitar pohon atau mengasapi pangkal batang pohon kelapa tadi. Namun, semua upaya tersebut belum pernah membuahkan hasil yang memuaskan.

Ada beberapa cara untuk mendapatkan tanaman kelapa yang dapat menghasilkan buah kopyor, yaitu:

  1. Pada pohon kelapa tertentu, beberapa buahnya dapat tumbuh normal, sementara sebagian kecil lainnya menjadi kopyor. Jika buah yang normal ditanam, pohon kelapa yang tumbuh akan menghasilkan buah dengan persentase buah kopyor sekitar 2,1 hingga 17,5 persen dari total buah yang dihasilkan (P.C. Rahardja, 1988).
  2. Cara kedua ini merupakan metode praktis yang tingkat keberhasilannya belum pasti. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
  • Buah kelapa normal yang baru dipetik disimpan selama sekitar 1 minggu, lalu direndam dalam air kapur selama 8 hingga 10 hari.
  • Lubang untuk menanam kelapa diisi dengan kapur sepertiga bagian bawah, ijuk atau jerami sepertiga bagian tengah, lalu bibit kelapa ditanam dan ditutup dengan tanah
  • Ketika pohon kelapa mulai berbuah, kulit batangnya dikupas dari permukaan tanah hingga setinggi 50 cm, kemudian dipukul-pukul setiap hari selama seminggu. Dengan cara ini, diharapkan buah kelapa yang dihasilkan bisa menjadi kopyor (Soedijanto dan Sianipar, 1979).

3. Cara kultur embrio Metode kultur embrio digunakan untuk memperbanyak tanaman yang secara alami embrionya sulit tumbuh, dan cara perbanyakan vegetatif lainnya tidak bisa dilakukan. Kultur embrio berdasarkan prinsip "totipotensi", yaitu setiap sel atau jaringan dari embrio bisa tumbuh menjadi tanaman sempurna jika diletakkan pada media yang tepat. Dengan teknik ini, embrio kelapa kopyor ditumbuhkan secara in-vitro (di luar tubuh organisme) dalam kondisi aseptik (steril) pada tabung-tabung berisi media buatan. Media ini mengandung bahan organik, anorganik, vitamin, gula, hormon, dan agar (untuk media padat).

Potensi Pengembangan Kelapa Kopyor di Yogyakarta

Kelapa kopyor, dengan daging buahnya yang lembut dan berair, telah menjadi primadona di Yogyakarta. Harga jualnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa biasa dan ketersediaan benih yang masih terbatas, menjadikan peluang pasar untuk berbisnis kelapa kopyor sangat terbuka lebar.

Kelapa kopyor tidak hanya menjanjikan keuntungan ekonomi, tetapi juga berpotensi besar dalam pengembangan agrowisata dan ekonomi lokal. Kelapa kopyor memiliki potensi untuk menjadi tulang punggung ekonomi di Yogyakarta. Di Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, terdapat agrowisata Omah Kopyor yang menarik minat para petani dari berbagai daerah. Mereka belajar teknik penanaman kelapa kopyor yang baik dan memanfaatkan potensi kuliner yang bisa dikombinasikan dengan kelapa kopyor. Untuk memenuhi permintaan pengunjung agrowisata yang mencapai 300 butir kelapa kopyor per bulan, harga di tingkat pengepul berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 57.000 per butir, tergantung ukuran.

Inovasi dalam pengolahan kelapa kopyor juga terus berkembang. Kelompok Taruna Tani Rukun Lestari di Kalurahan Jatimulyo telah mengembangkan kelapa kopyor menjadi produk minuman kaleng. Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian kelapa kopyor. Selain itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul meluncurkan gerakan tanam bibit kelapa kopyor untuk meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat. Program ini menargetkan ribuan pohon kelapa kopyor untuk memperkuat pendapatan petani.

Kelapa Kopyor Cungap Merah (KCM) telah ditetapkan sebagai varietas unggul nasional dengan potensi produksi yang tinggi, mencapai sekitar 170 butir per pohon per tahun. KCM memiliki daging buah yang banyak dan rasa manis yang tinggi, menjadikannya pilihan menarik bagi petani dan konsumen.

Kelapa kopyor di Yogyakarta tidak hanya menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan, tetapi juga berpotensi mendukung pengembangan agrowisata yang inovatif. Dengan dukungan dari pemerintah dan inisiatif komunitas lokal, kelapa kopyor dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi petani serta menarik wisatawan ke daerah tersebut.

 

Link File untuk Artikel : https://bit.ly/ArtikelKopyorJB

Copyright © DPKP DIY 2025 | Website Resmi Jogja Benih v2.0  

Page Processed 0.053 secs