Bantul (KR). Penggunaan pestisida buatan yang berlebihan dinilai mempengaruhi jumlah populasi dan meningkatnya intensitas serangan wereng batang coklat. Karena pestisida telah menyebabkan matinya predator atau hewan pemangsa alami wereng batang coklat.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP dalam diskusi terbatas “Pengaruh Penggunaan Pestisida Buatan pada Hama Wereng” di Tamantirto, Kasihan, Sabtu (2/7).
Karenanya menurut Agus, penggunaan pestisida yang tidak tepat justru membuat mati predator wereng dan membuat wereng kebal terhadap pestisida. Namun, Agus mengakui, selain penggunaan pestisida yang kurang tepat, perubahan tata iklim global juga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan wereng batang coklat. “Udara lebih lembab dan cukup tersedia air. Ini menjadi ruang yang menguntungkan bagi mereka”,jelasnya.
Sebenarnya wereng merupakan serangga herbivora yang banyak menyerang tanaman padi. Hama ini terdiri dari beberapa jenis yaitu wereng coklat, hijau serta putih dan yang paling terkenal adalah wereng batang coklat.
“Ukuran tubug wereng batang coklat saat dewasa hanya sekitar 3 milimeter, namun kemampuan berkembang biak, daya sebar, daya serang dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya luar biasa. Karakteristik itu menempatkan wereng tersebut sebagai hama utama tanaman padi”,urainya.
Jumlah telur yang dihasilkan seekor wereng batang coklat betina selama hidupnya dapat mencapai lebih ribuan butir. “Siklus hidup wereng, di daerah tropis dengan suhu hangat 20 – 30 derajat celcius, mencapai 23 – 32 hari, artinya dalam satu periode tanam padi, wereng dapat menyelesaikan siklus tiga generasi. Hama wereng batang coklat mengambil cairan dari dalam tubuh tanaman padi menggunakan mulut yang bertipe pencucuk penghisap sehingga tanaman padi tampak seperti kekeringan atau terbakar. Selain itu, hama wereng juga dapat menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro”, tambahnya.
Perlu antisipasi mulai meningkatkan pemahaman masalah wereng sebagai pencegahan agar tidak terjadi kasus yang sama, yaitu tingginya populasi hama wereng yang menyebabkan kerugian bagi petani.
“Kemudian melakukan kampanye lingkungan sehat dan pentingnya pengendalian alamiah, perakitan varietas tahan, rekayasa ekologi untuk meningkatkan keanekaragaman tanaman dan serangga berguna, monitoring perubahan biotipe wereng batang coklat serta resistensi atau rejurjensi insektisida dan sebagainya”, lanjut Dekan Fakultas Pertanian UMY tersebut.
Selain itu petani juga dapat melakukan tindakan pencegahan dengan memilih varietas tanaman padi sesuai dengan musim tanam. Pada musim hujan yang potensi wereng batang coklatnya tinggi, sebaiknya dipilih varietas yang relative tahan terhadap wereng. “Sedangkan untuk penanaman varietas padi yang relative tidak tahan seperti padi lokal, ketan dan hibrida peka lain, sebaiknya dilakukan pada musim kemarau.
Hal lainnya yaitu penanaman secara serempak dalam satu hamparan dan melakukan rotasi tanaman merupakan keputusan yang bijak agar siklus hama wereng dapat terputus sehingga secara alamiah populasinya dapat berkurang”, kata Agus.
Agus juga mengingatkan bahwa pengelolaan tanaman padi dan hama wereng batang coklat hanya akan berhasil dengan baik jika ada sinergi antar petani, pemerintah maupun pihak lain yang terlibat dalam pertanian. Petani sebaiknya muali kembali menerapkan sistem pertanian yang lebih berbasis alam dan lebih mengedepankan kearifan local tanpa meninggalkan masukan teknologi modern. (Fsy)-b
Sumber : SKH Kedaulatan Rakyat, Selasa 5 Juli 2011
Gambar : www.google.co.id