
GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - Tepung ketela pohon sulit bersaing di pasaran karena masyarakat masih memilih gandung, meski harganya lebih mahal. Saat ini masyarakat masih tergantung pada gandum yang di pasaran tersedia jauh lebih banyak dibanding ketela pohon.
Kepala Seksi Budi Daya Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Budi Daya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunungkidul, Sulistyo Hadi mengatakan, tepung ketela pohon yang dihasilkan masyarakat Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, harganya hanya Rp4.000 per kilogram, sedangkan harga gandum di pasaran mencapai Rp6.000 per kilogram.
"Sulit untuk menaikkan harga tepung ketela pohon, karena permintaan sedikit. Masyarakat masih sangat tergantung pada gandum yang secara nasional kebutuhannya mencapai 50.000 ton per tahun," katanya.
Sulistyo mengatakan produsen tepung ketela pohon di Gunung Kidul masih mencari peluang pasar, karena penjualan tepung ini sangat tergantung dari permintaan masyarakat. "Oleh karena itu, tepung ketela pohon untuk sementara dijual ke pedagang lokal di wilayah kabupaten ini," kataya.
Menurut dia, sebagian masyarakat memanfaatkan tepung ketela pohon sebagai pengganti gandum untuk bahan baku membuat makanan. Ia mengatakan masih banyak warga masyarakat yang belum memahami manfaat penggunaan tepung ketela pohon. "Bahkan sebagian masyarakat menganggap ketela pohon adalah makanan orang miskin dan tidak bergizi," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Budi Daya Tanaman Pangan dan Hortikultura Gunung Kidul Supriyadi mengatakan daerah ini mampu memproduksi 950.000 ton ketela pohon per tahun. Menurut dia, angka produksi ketela pohon Gunung Kidul sebanyak itu mendasarkan pada hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS).
Ia juga mengatakan tingkat konsumsi pangan alternatif atau pengganti beras di Gunung Kidul kurang dari 10 persen. "Ini data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi," katanya. (Ant/Van)
sumber : http://www.krjogja.com/news/detail/90682/Pemisahan.Bidang.Pertanian.Perlu.Pengkajian.Mendalam..html