JAKARTA – Agar suatu invensi dapat diproduksi secara masal dan diadopsi oleh banyak pengguna, maka perlu menggandeng dunia usaha yang akan mengembangkan invensi tersebut. Selasa, (3/2/2015), bertempat di Kantor Pusat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), diadakan penandatanganan perjanjian lisensi dengan PT. Bukaka Teknik Utama yang mencakup produksi massal dari ‘Rice Transplanter Jajar Legowo’ dan ‘Mini Combine Harvester’ yang merupakan alat dan mesin pertanian dengan keunggulan sesuai dengan kondisi lahan pertanian di Indonesia.
Penandatanganan dilakukan oleh Kepala BBP Mekanisasi Pertanian Dr. Astu Unadi dengan Direktur Operasional PT. Bukaka Teknik Utama Sofiah Balfas. Kepala Balitbangtan Dr. Haryono yang dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Kepala BBP Mekanisasi Pertanian mengatakan bahwa dalam era pembangunan yang makin kompetitif, Balitbangtan dituntut menjadi leading institution dalam menciptakan dan mengembangkan teknologi pertanian di Indonesia dalam menghasilkan teknologi yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan yang disebut scientific recognition.
“Balitbangtan juga harus selalu mengupayakan agar teknologi tersebut dapat memberi manfaat nyata dalam membangun pertanian atau impact recognition,” ujarnya.
Rice Transplanter Jajar Legowo sendiri memiliki keunggulan yaitu dapat digunakan di lahan sawah dengan kedalaman Lumpur lebih dari 60 cm, sedangkan Mini Combine Harvester memiliki nilai ground pressure yang rendah sehingga mesin ini dapat beroperasi di lahan sawah. Mini Combine Harvester sendiri merupakan mesin pemanen padi tipe mini dengan sistema kombinasi pemotongan, perontokan dan pembersihan.
Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, sebanyak 108 invensi Balitbangtan telah dilisensikan kepada berbagai perusahaan dan koperasi di Indonesia. Dengan lisensi yang baru saja ditandatangani tersebut, diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan alat dan mesin pertanian (alsintan) dengan memanfaatkan teknologi hasil karya anak bangsa yang unggul dan siap mensubtitusi produk alsintan impor yang hingga saat ini masih mendominasi pasar dalam negeri.
Ke depan, upaya ini diharapkan dapat mendukung percepatan pencapaian swasembada pangan khususnya pada komoditas padi.
Sumber : ( http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/2076 )