Masalah yang sering dihadapi dalam produksi benih biji-bijian seperti gabah, jagung, dan kedelai adalah dalam proses pengeringan terutama dalam musim hujan dan karena mahalnya biaya pengeringan dengan mesin. Harga yang tidak menentu dan cenderung naik serta kelangkaan bahan bakar minyak terutama di daerah, akan berimbas pada penerapan teknologi pertanian berbasis bahan bakar minyak.
Salah satu alat mesin (alsin) yang terimbas secara langsung adalah mesin pengering dengan bahan bakar minyak sebagai sumber energinya. Di sisi lain, pemanfaatan sumber energi terbarukan belum sepenuhnya optimal. Sumber air, angin, bahkan energi matahari yang melimpah belum dimanfaatkan sepenuhnya dalam menunjang penerapan alat mesin pertanian khususnya mesin pengering.
Untuk membantu memecahkan masalah tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) telah merancang mesin pengering hybrid kapasitas 5 ton, dengan menggunakan energi matahari dan bahan bakar biomas untuk mengeringkan.
Keunggulan mesin ini adalah menghemat bahan bakar minyak sampai dengan 50 % dan menurunkan biaya operasional pengeringan. Mesin pengering ini menggunakan dua sumber energi, yaitu panas sinar matahari dan biomassa untuk tungku pemanas.
Uji coba pengeringan benih menggunakan prototipe mesin pengering benih ini, hasilnya laju penurunan kadar air selama pengeringan 0,6 - 0,9% sesuai kebutuhan. Hal ini telah memenuhi standar SNI pengeringan gabah untuk benih dengan laju penurunan kadar air dibawah 1%.
Laju penurunan kadar air dapat diatur, yaitu pada laju pengeringan rendah di awal dengan menggunakan panas matahari dari efek rumah kaca (ERK), dilanjutkan dengan laju pengeringan tinggi (hybrid ERK dengan tungku biomass atau tungku biomass saja).
Pengujian dilakukan dengan mengeringkan 4 ton gabah dari kadar air awal 25,7% menjadi 11,6%, lama pengeringan 17 jam dengan laju pengeringan 0,95%, Mesin pengering hybrid ini telah diaplikasikan di Penangkar Benih Sri Mulyo Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur.
Hasil untuk uji unjuk kinerja mesin pengering hybrid ini ialah mampu untuk mengeringkan gabah benih dengan rata-rata suhu bahan 33 s.d 35 oC, suhu pada plenum 38 s.d 43 oC dengan laju penurunan kadar air 0,9%/jam, dengan efisiensi panas pengeringan 30%.
Hasil uji terhadap daya tumbuh menunjukkan tidak terjadi penurunan daya tumbuh yang berarti, yaitu hanya berkisar 3 s.d 5% dibandingkan dengan kontrol. Biaya operasional mesin adalah Rp 118/kg.
Sumber : http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/2120/