
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi DIY, Ir Sasongko MSi menyatakan, solusi meningkatkan produksi padi dengan mengganti varietas berproduksi tinggi. Penggantian varietas sangat penting bila orientasinya meningkatkan hasil produksi. Program itu sekaligus sebagai antisipasi terjadinya krisis pangan di wilayah DIY.
“Salah satunya, padi varietas hibrida yang saat ini dikembangkan di Provinsi DIY,” ujar Sasongko di sela panen padi varietas hibrida di Bulak Tambalan Pleret Bantul, Rabu (6/4).
Sasongko mengatakan bila produksi padi tidak digenjot dikhawatirkan kebutuhan padi di DIY akan terganggu. Selama ini kata Sasongko, petani menanam varietas biasa dengan hasil rata-rata 6 ton per hektare gabah kering giling (GKG).
Padahal angka bisa terlompati oleh jenis varietas lainnya seperti hibrida. Sebenarnya pergantian varietas bibit yang ditanam menjadi solusi paling ampuh. “Rasanya tidak mungkin selain perbaikan varietasnya, perluasan lahan semakin tidak mungkin lagi, realitanya luasan lahan justru menyusut,” ujarnya.
Dijelaskan, varietas hibrida mampu berproduksi sekitar sembilan ton per hektare. Ketimbang padi biasa ada selisih tig ton. Sementara Direktur PT Sang Hyang Seri selaku pengembang varietas hibrida, Edy Budiono mengatakan, perubahan jenis padi yang ditanam menjadi solusi paling tepat menggenjot produksi padi di DIY.
Menurutnya hibrida bisa menyesuaikan kultur tanah di wilayah Bantul. Tetapi kata Eddy, biaya produksi memang cukup tinggi, ada kenaikan 10-15 persen ketimbang padi biasa. “Biaya memang naik hingga 15 persen, tapi hasilnya bisa 50 persen lebih banyak dari padi biasa, artinya itu masih sangat menguntungkan, ” jelas Eddy.BANTUL (KRjogja.com)