
Dengan potensi sumber daya lahan seluas 1,147 juta hektar, Jawa Timur masih merupakan andalan utama produksi pangan di dalam negeri khususnya beras. Berdasarkan ATAP BPS tahun 2011, kontribusi padi Jawa Timur terhadap produksi padi secara nasional mencapai 16,08 persen, jagung 30,85 persen dan kedelai sebesar 43,11 persen. Untuk tahun 2012, Provinsi Jawa Timur telah mematok target produksi padi sebesar 12,31 juta ton (GKG) atau meningkat sebesar 1,777 juta ton dari tahun lalu yang mencapai 10,533 juta ton. Produksi 2012 ini akan dihasilkan oleh areal tanaman seluas 2,142 juta ha, dengan luas panen sekitar 2,057 juta ha.
Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur menunjukkan bahwa hingga posisi Mei 2012, realisasi fisik implementasi P-2BN cukup menggembirakan. Produktivitas padi menurut Angka Ramalan I tahun 2012 mencapai 62,04 ku atau sekitar 103,68 persen dari target 59,84 ku/ha. Realisasi tanam selama musim penghujan (MH) 2011/2012, telah mencapai 1.378.291 ha atau 94,30 persen dari target 1.461.549 ha.
Sementara untuk pertanaman di musim kemarau, realisasinya mencapai 416.007 ha atau 61,051 persen. Realisasi panen antara Januari hingga April 2012 mencapai 1.025.040 ha atau 95,24 persen dari target sebesar 1.076.319 ha. Sedangkan untuk periode Mei hingga Agustus dari target panen 711.695 ha, realisasinya mencapai 100.752 ha atau baru sekitar 14,16 persen dari target 711.695 ha. Menurut Angka Ramalan I BPS tahun 2012, produksi gabah Jawa Timur 2012 akan mencapai 11.693.895 ton atau sekitar 95 persen dari target.
Indeks Pertanaman
Optimalisasi peningkatan produksi padi di Jawa Timur utamanya melalui peningkatan intensifikasi khususnya pada periode Mei hingga Desember. Peningkatan produktivitas dilakukan melalui penggunaan benih varietas unggul bermutu termasuk benih padi hibrida, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik serta pupuk biohayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya disertai pengawalan, pemantauan, dan pendampingan yang intensif. Seperti di daerah lain, jurus peningkatan produksi melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Provinsi Jawa Timur terus dimantapkan. Jika tahun 2011, SLPTT padi non hibrida sekitar 185.000 ha, tahun 2012 ini sasarannya menjadi 200.120 ha. Demikian juga SLPTT padi lahan kering ditingkatkan dari 36.550 ha di tahun 2011 menjadi 62.500 ha di tahun 2012 ini. Gerakan lain yang cukup signifikan dalam rangka memacu produksi padi di provinsi ini yakni melalui program GP-3K di mana tahun 2012 sasasarannya meningkat dari 14.500 ha menjadi 52.115 ha.
Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan seperti JITUT,JIDES dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan penambahan baku lahan sawah (cetak sawahbaru), disertai konservasi lahan yang berkelanjuta. Langkah operasionalnya yakni melalui peningkatan indeks pertanaman pada lahan baku seluas 1.172.376 ha. Dengan meningkatkan potensi Indeks Pertanaman menjadi 1,86/ ha, maka dihasilkan potensi luas tanam 1.967.727 ha atau dengan penambahan luas tanam seluas 515.845 ha. Di samping itu, perbaikan jaringan irigasi (jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi pedesaan) terus dilanjutkan. Jika tahun 2011 seluas 118.745, tahun 2012 ini sasaran perbaikan irigasi ini mencapai 89.700 ha.
Upaya yang dilakukan sejak dini untuk mengantisipasi dampak fenomena iklim seperti banjir dan kekeringan, dan pengendalian OPT, telah berdampak positif terhadap produksi padi di provinsi ini. Luas puso akibat OPT dan bencana alam antara Januari-April 2012 hanya mencapai 6.194 ha, sementara tahun sebelumnya dalam periode yang sama, tingkat puso ini mencapai 8.501 ha.
Upaya lainnya dalam program peningkatan produksi beras ini antaralian berupa penyediaan varietas unggul tahan serangan OPT dan genangan air melalui penyaluran Cadangan Benih Daerah. Jika tahun 2011 realisasinya sebanyak 300 ton, di tahun 2012 sekitar 255 ton dan bantuan BLBU dari 6.119 ton tahun 2011 menjadi 7.417 ton tahun 2012. Pemberdayaan kelompok tani penerima bantuan alat Pembuat Pupuk Organik (APPO) dengan meningkatkan jumlah dari 1.968 tahun 2011 menjadi 2.068 kelompok di tahun 2012. Sementara itu, peranan pupuk bersubsidi juga masih sangat diperhitungkan. Untuk tahun 2012, pupuk urea bersubsidi direncanakan mencapai 1.269.600 kg (sama dengan 2011), SP-36 sebanyak 215.000 kg (tahun 2011 sebesar 173.382), ZA sebanyak 485.000 kg (2011 sebesar 400.000 kg), NPK 674.800 kg (tahun lalu 500.000 kg) dan pupuk organik 336.200 kg (tahun lalu 300.000 kg). Dan antara Januari-april 2012, realisasi penyaluran pupuk bersubsidi yakni Urea sebanyak 352.741 kg atau 91,49 persen dari target penyaluran untuk periode tersebut, SP-36 sebanyak 55.093 kg (78,71 persen), ZA sebesar 158.169 (99 persen), NPK 222.223 kg (95,30 persen) dan pupuk Organik sebesar 82.654 kg (69,92 persen dari target penyaluran pada periode tersebut).
Surplus Benih
Sektor perbenihan di Jawa Timur juga cukup kondusif dan ini merupakan salah satu kata kunci keberhasilan. Seperti dijelaskan oleh KTU BPSB Jawa timur, Satoto Berbudi, sepanjang Januari 2012, pengadaan benih di daerah ini sempat mengalami situasi kritis, suplai dan produksi benih agak terganggu. Tapi situasi ini segera bisa dikendalikan, sehingga sasaran produksi benih Jawa Timur tidak terganggu. Tahun ini, produksi benih diperkirakan mencapai 72.500 ton, sementara kebutuhan hanya sekitar 64 ribu ton. Sebanyak 60 persen pemasaran benih di provinsi ini merupakan pemasaran bebas (free market) Yang terkait dengan program hanya sekitar 40 persen atau 29 ribu ton yang sebagian besar dihasilkan PT SHS. Jatim juga terkenal sebagai daerah pertanaman padi hibrida dengan realiasi lebih dari 100.000 ha per tahun. Bahkan tahun ini direncanakan sekitar 250.000 hektar. Selama ini, realisasi tanam padi hibrida di Jatim rata-rata mencapai 100.000 ha/tahun dengan produksi antara 7-10 ton/ha.
Seperti dijelaskan oleh Ir. Aris Setiadi, Kadis Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan, daerah yang menjadi salah satu andalan produksi beras di Jawa timur ini tetap memiliki komitmen kuat dalam mendukung suksesnya program P-2 BN. Tahun 2012, kabupaten ini telah menetapkan sasaran produksi padi sebesar 899.871 ton (GKG). Padahal, tahun sebelumnya, 2011, total produksi padi di kabupaten ini hanya mencapai 678.042 ton dan tahun 2010 sekitar 857.638 ton. Gencarnya serangan hama wereng coklat sebagai dampak dari hujan yang terus-menerus telah mendorong merebaknya serangan hama wereng di daerah. Begitu parahnya sampai pusat dan provinsi merasa perlu turun tangan membantu menanggulanginya. Sementara di tahun 2012, menurut Aris, iklim sangat mendukung, kondusif sehingga pihaknya optimis bisa meraih target produksi yang telah ditetapkan. Ini terlihat dari data produksi hingga Juli 2012, produksi padi telah mencapai 653.219 ton (GKG).
Pinjaman Rp 4 milyar/tahun
Karena itu pihaknya optimis akan bisa meningkatkan surplus beras Kab. Lamongan yang di tahun ini targetnya mencapai 412.652 ton ( 2011 sekitar 281.667 ton). Sementara itu, sasaran tanam untuk 2012 mencapai 149 ribu ha dengan produktivitas 62,59 ku/ha atau menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dari 2011 yang hanya sekitar 53,09 ku/ha. Saat ini total lahan sawah di kabupaten ini mencapai 45.841 ha berupa lahan irigasi teknis 14.730 ha, lahan irigasi setengah teknis 10.551 ha dan lahan pengairan sederhana 20.560 ha.
Sejalan dengan upaya peningkatan produksi beras, Pemda Kab. Lamongan telah menyalurkan bantuan berupa traktor 105 unit dan pompa air 20 unit kepada sejumlah kelompok tani. Ini memang sangat dibutuhkan petani saat ini dan sejalan dengan Program GEMERLAP (Gerakan Membangun ekonomi Rakyat Lamongan Berbasis Pedesaan) seperti yang dicanangkan bupati beberapa tahun lalu. Jurus lainnya yang cukup efektif dalam mendongkrak animo petani bertanam padi yakni pemberian pinjaman tanpa bunga kepada petani yang membutuhkan bantuan modal.
Langkah lainnya yang telah ditempuh Pemda yakni menjalin kerjasama dengan Universitas Brawijaya guna mengawal pelaksanaan program P-2BN, yang MOU telah ditandatangani belum lama ini. Untuk tahun 2012 jumlahnya mencapai Rp 4 milyar dan program ini sudah dirintis sejak tahun 2008. Bantuan ini disalurkan kepada petani melalui BRI setempat senilai Rp 1 juta/ha. Seperti dijelaskan Kabid Produksi Tanaman Pangan, Ir Ernawan, langkah terobosan ini telah berhasil mendongkrak produksi beras di Kabupaten Lamongan. Perluasan tanam melalui peningkatan IP merupakan andalan program P-2BN. Seperti ditandaskan Sujono, PPL di Kec. Modo, Kab. Lamongan, upaya ini harus dibarengi dengan ketersediaan benih berkualitas, perbaikan sarana irigasi khususnya di tingkat pedesaan, penggunaan pupuk organik, dsb.
Seperti di daerah lain, di Prov. Jatim, diakui bahwa kendala antarsektoral dalam peningkatan produksi padi tampaknya makin kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian yang amat berpengaruh dalam peningkatan produksi pangan. Khususnya berupa perubahan dampak iklim, makin gencarnya alih fungsi lahan produktif ke peruntukan lain, serta makin berkurangnya ketersediaaan air irigasi untuk mendukung usaha pertanian, khususnya padi. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah harus lebih mengintensifkan koordinasi dan kerjasama guna mengatasi dan mengantisipasi masalah pembangunan sektor pertanian, khususnya produksi beras di dalam negeri (tpl).Sumber : Direktorat Budidaya Serealia