JogjaBenih
  • Beranda
  • Profil JB
    • Tentang Jogja Benih
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
  • Informasi Publik
    • Artikel
    • Berita
    • Harga/Stok Benih/Bibit
    • Pedoman/Panduan
    • Pengumuman
    • Profil Benih/Bibit
    • Profil Instansi
    • Serba serbi Perbenihan
    • Varietas yang dilepas
  • Kontak
  • Login

BERITA LAINNYA
HARI JADI JOGJA BENIH KE - 8 INSTANSI YANG MEMPRODUKSI BENIH? ATAU SERTIFIKASI BENIH DIY? UPTD BP3MBTP SOLUSINYA SALAK PONDOH SLEMAN TETAP EKSPOR DI TENGAH PANDEMI COVID-19 TEKNIK MENANAM SIRIH DI LAHAN SEMPIT CARA MERAWAT POHON MANGGA YANG BERBUNGA BERKEBUN STROBERI DIRUMAH MANFAAT JERUK NIPIS DAN CARA PENANAMAN
Selengkapnya

Loading

Kekeringan, Sapi Kurang Gizi

Dipublikasikan oleh: Untung, Pada 07 July 2011, Dalam kategori: Berita
ternak_sapi_kurang_gizi_GK

GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - Bencana kekeringan yang menerjang Kabupaten Gunungkidul, Propinsi DIY berdampak bukan hanya bagi penduduknya tetapi ternak sapi dan kambing.

Karena sulitnya mendapatkan pakan ternak yang berkualitas, ribuan ternak sapi dan kambing kekurangan gizi. Menurut Kepala Dinas Peternakan Gunungkidul Krisna Berlian, masalah ini harus dihadapi petani ternak karena hijauan makanan ternak (HMT), sangat sulit diperoleh.

"Meskipun ada tetapi petani ternak harus membeli yang harganya tergolong mahal. Satu ikat saja harganya diatas Rp5.000. Padahal, untuk satu ekor sapi, dalam sehari paling tidak membutuhkan 2 ikat HMT ditambah makanan tambahan," katanya kepada wartawan di Gunungkidul, Rabu (6/7).

Menurutnya, ternak sapi yang kekurangan gizi paling sedikit 2.000-an ekor dan kambing sekira 3.000 ekor. Akibat kekurangan asupan gizi, maka tubuh ternak-ternak milik petani ini cenderung kurus. “Sehingga kurusnya tubuh ternak ini bukan karena penyakit tetapi kurangnya gizi,” tambahnya.

Dengan jumlah ternak sapi di Gunungkidul yang kini mencapai 120.000 ekor dan kambing sekitar 150.000 ekor, maka yang menderita kekurangan gizi hanya sekitar 2 persen. Meskipun dilihat persentasenya hanya kecil, tetapi hal ini berdampak langsung terhadap harga jual ternak itu sendiri.

Pasalnya, ternak yang kurang gizi cenderung harganya lebih murah. ”Meski kecil namun dampaknya sangat terasa di kalangan petani,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi hewan ternak yang bermasalah, petugas kesehatan hewan selama ini ditempatkan di setiap wilayah perbatasan, di antaranya di Kecamatan Semin dan Patuk. Pemkab Gunungkidul saat ini memiliki 11 Unit Pelayanan Terpadu Pusat (UPT) Kesehatan Hewan.

Pada setiap UPT kini terdapat satu dokter hewan dan satu petugas medis."Peran petugas kesehatan hewan adalah mengidentifikasi potensi penyakit yang muncul. "Kami berupaya meningkatkan kinerja petugas meski jumlah mereka terbatas," katanya.

Anjloknya harga ternak karena tubuh yang kurus karena kurang gizi juga diakui beberapa peternak dan pedagang di beberapa wilayah di Gunungkidul. Sebagaimana dikatakan Muji, salah satu petani ternak di Kecamatan Playen. Sekitar 1,5 tahun lalu dirinya membeli sapi dengan harga Rp13 juta, tetapi setelah dipelihara justru semakin kurus karena kurangnya HMT.

"Tiga hari lalu saya jual harganya hanya Rp10 juta. Meskipun harga ternak sapi sekarang ini sudah agak normal, tetapi karena tubuhnya yang kurus, sehingga jadi murah. Kalau dihitung secara bisnis, jelas saya rugi besar," katanya.

Sumber : www.krjogja.com

Copyright © DPKP DIY 2025 | Website Resmi Jogja Benih v2.0  

Page Processed 0.071 secs