Petani bila dalam menggunakan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi) dan melakukan penanaman padi tidak serentak akan turut memicu ledakan wereng coklat.
Tingkat kerusakan akibat serangan wereng coklat dapat meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah, bahkan sampai puso. Serangga ini juga merupakan vektor atau penyebar penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.
Tanaman padi bila terinfeksi virus kerdil rumput, hanya dapat hidup sampai fase pemasakan tetapi tidak memproduksi malai, sedangkan bila terinfeksi virus kerdil hampa, malainya hanya keluar sebagian dan gabah yang dihasilkan hampa (kopong).
Wereng coklat biasanya menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, sehingga menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh, sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisian). Gejala individu pada rumpun dapat terlihat dari daun-daun yang menguning kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar).
Pola penyebaran wereng coklat dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan demikian, biasanya populasi wereng coklat sudah sangat tinggi.
Wereng coklat dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas yang tahan, penanaman rumpun padi dengan jarak yang tidak terlalu rapat, bila perlu dilakukan pergiliran varietas, dan penggunaan insektisida yang efektif.
Tiga varietas unggul padi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang memiliki gen ketahanan terhadap biotipe wereng coklat 1, 2, 3 dan populasi lapang yang saat ini berkembang adalah Inpari 13, Inpari 31, dan Inpari 33.
Inpari 13 telah terbukti dapat menyelamatkan petani Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah yang telah lima kali gagal panen akibat serangan wereng coklat.
.