Krisis pangan yang berkepanjangan tidak juga ingin segera diselesaikan secara menyeluruh melalui komposisi rancangan penganggaran2013. Meskipun alokasi dana untuk ketahanan pangan meningkat menjadi 5 persen, paradigma tentang pangan tetap terbatas pada padi dan pertanian. padahal banyak kebutuhan lain yang masih belum tertutupioleh alokasi danaanggaran negara.
Ketersediaan pangan Hewani merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutan gizi di Indonesia. Daging dan produk hewani adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,karena kandungan gizinya yang lengkap dan dapat menimbulkan kepuasan atau kenikmatan bagi yang memakannya. Akan tetapi, sampai saat ini daging dan pangan hewani belum terlalu dianggap penting oleh masyarakat. Akibatnya, pangan hewani masih dianggap makanan mewah.
Berdasarkan hasil sensus penduduk, laju pertumbuhan penduduk 1,5 persen per tahun sehingga kebutuhan daging sapi akan lebih dari 500ributon pada akhir 2014. Pemerintah membuat perencanaan pengurangan kuota impor sapi secara bertahap, bahkan drastis, sehingga sering menuai protes, terutama dari importir sapi.
Dengan basis konsumsi daging sapi 2 kilogram per kapita dan sekitar 200 kilogram daging per sapi yang dapat dikonsumsi, Indonesia butuh 350.000-400.000 ekor sapi per tahun.Bukanlah jumlah yang sedikit dipandang dari total produktivitas Indonesia yang masih dari angka standar. Ditambah lagi sistem distribusi yang sangat tidak merata menyebabkan sensus jumlah sapi mengalami sulit kontrol.
Ada 4syarat dasar agar sapi lokal dapat berjaya dan menjadi solusi pemenuhan kebutuhan daging nasional. Pertama, perbaikan basis data stok aktif sapi potong yang siap dikonsumsi. Pemerintah selalu mengandalkan data sensus sapi 2011 atau pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau 2011, yakni 14,8 juta ekor. Dari data ini, Indonesia telah mencapai swasembada daging. Akan tetapi, fakta di lapangan, tidak semua populasi ini berupa stok aktif sapi potong.
Mayoritas peternak rakyat hanya punya 2-3 sapi yang dijadikannya investasi. Data ini sangat penting karena sapi lokal yang dimaksudkan untuk invest ini rentan di rancukan dalam data statistik, dianggap sebagai sumber daging aktif (siap mobilisasi). Maka seharusnyalah digelar survei lanjutan yang mengukur stok sapi aktif yang siap dimobilisasi sebagai sapi siap potong murni untuk melanjutkan data populasi itu. Survei lanjutan yang mengukur stok aktif siap potong harus dilakukan di setiap kabupaten sehingga neraca pasokan dan kebutuhan daging sapi dapat diestimasi lebih akurat. Hal ini perlu diperhatikan agar tindakan preventif segera dapat dilakukan terutama mengatasi kekurangan sapi lokalsiap jual untuk memenuhi kebutuhan saat itu.
Kedua, efektivitas breed sapi lokal asli Indonesia secara sistematis dengan pengawasan yang ketat. Hal ini perlu dilakukan karena solusi singkat peningkatan jumlah sapi lokal produktif adalah dengan insemasi buatan. Bakalan dalam negeri juga dapat dilakukan melalui breeding farm yang sesuai dengan produk sapi lokal yang sesuai standar.
Ketiga, pemerintah perlu memberikan dukungan penuh bagi peternak dalam negeri, termasuk skala kecil dan menengah, dengan menyediakan akses permodalan dan pembiayaan bagi peternak yang mampu melakukan pembibitan. Penyediaan program Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) saja tidak cukup. Perlu pendampingan spartan dan pengawalan di tingkat lapangan.
Keempat, pembenahan keseriusan dan perhatian sektor perbankan dalam melaksanakan penyaluran KUPS. Perlu kerja sama lebih erat dengan petugas teknis peternakan, saling memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing. Karena faktor penghambat berkembangnya sapi lokal adalah minimnya dana pengembangan peternakan dari pengembang-pengembang produktif.
2013 adalah tahun memulai strategi ketahanan pangan melalui swasembada daging 2014. Tahun ini adalah potensi terbesar untuk meningkatkan produktifitas sapi lokal menyongsong tahun 2014. Sapi lokal Indonesia berjaya di negeri sendiri bukan hanya mimpi. Karena ketersediaan fasilitas riset, breed,dan sumberdaya manusia dapat terpenuhi. Sekarang adalah masanya meningkatkan kesadaran masyarakat peternak tetang potensi sapi local untuk ketahanan pangan nasional.