agung putih merupakan salah satu bahan pangan alternative yang kini mulai popular dan banyak dikembangkan di berbagai daerah. Varietas jagung putih pun beragam tergantung wilayah, seperti jagung putih local Grobogan, Jagung Lokal Takalar, Lokal Flores dan lain-lain. Namun demikian, kesemua jagung local tersebut mempunyai satu permasalahan dalam pengembangan yaitu produktivitasnya yang rendah, dibawah 3 t/ha. Setelah merilis jagung hibrida Bima Putih 1, Badan Litbang Pertanian pada pertengahan 2012 kembali merilis Varietas Jagung Hibrida Bima Putih 2. Jagung hibrida Bima Putih-2 merupakan hibrida silang tunggal yaitu dari persilangan galur CML143 x CML264Q, CML143 sebagai induk betina dan CML264Q sebagai induk jantan. Jagung hibrida Bima Putih-2 memiliki penampilan tanaman yang besar dan kuat, perakaran yang baik sehingga tahan rebah. Bentuk tongkol panjang silindris, kedudukan tongkol di pertengahan tanaman. Kelobot menutup tongkol dengan baik. Tipe biji Semi Mutiara, baris biji lurus dan rapat, warna biji putih, jumlah baris/tongkol 14-16. Bobot 1000 biji ± 313 g. Kelebihan lain dari varietas ini adalah Stay green, yaitu warna batang dan daun diatas tongkol masih hijau saat biji sudah masak/waktu untuk panen, dengan perkiraan umum panen 100 hari. Bima Putih-2 mempunyai Kandungan asam amino esensial, yaitu lisin sebesar 0,29, lebih tinggi dibandingkan pendahulunya, Bima Putih-1, serta kandungan triprofan sebesar 0.07%. Jagung ini dapat dijadikan bahan subtitusi beras khususnya pada wilayah yang masyarakatnya masih mengonsumsi jagung sebagai makanan pokok seperti NTT, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah dan lain-lain.