Keadaan cuaca akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap dunia pertanian di Indonesia, terutama untuk tanaman sayuran. Sebagaimana kita ketahui sayuran termasuk tanaman yang sangat rentan dengan kondisi cuaca. Jika terjadi perubahan iklim sudah pasti akan terjadi kegagalan panen. Akhir-akhir ini musim kemarau di Indonesia berlangsung lebih singkat, yaitu hanya sekitar empat bulan. Perubahan iklim ini jelas memberikan dampak pada produktivitas dan kualitas produk pertanian, baik komoditas pangan maupun komoditas holtikultura. Demikian juga berkembangnya hama penyakit tanaman, penyerbukan menjadi tidak sempurna, dan pergeseran musim tanam berpengaruh serius terhadap kondisi petani. Cuaca dan iklim yang tak menentu membuat banyak gagal panen pada sejumlah tanaman lain, Perubahan iklim ekstrim membuat produksi pangan turun di tengah permintaan yang tetap, bahkan naik. Krisis pangan tak hanya terjadi di Indonesia, tapi merata hampir di seluruh dunia. Saat ini negara-negara produsen cenderung mengamankan produksinya untuk kebutuhan dalam negeri. Mengantisipasi perubahan iklim, pemerintah perlu turun tangan dalam pemantauan sekaligus mendampingi petani. Petani perlu diberikan percontohan dan petunjuk yang jelas. Dampak perubahan iklim ekstrim ini telah membuat petani sulit untuk bercocok tanam, hama juga menjadi banyak. Adanya pemantauan dan pendampingan pada petani, maka dapat segera ditanggulangi dengan pemberian obat-obatan, penyemprotan dan tindakan tepat lainnya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas varietas unggul cabai yaitu Kencana yang toleran terhadap musim hujan dan bisa beradaptasi di lahan gambut. Pada penanaman pada bulan Juli yang dipanen pada November dan Desember 2010. Produksi cabai jenis ini mencapai 17 ton/ha.