Pemerintah sejak tahun lalu telah mencanangkan Desa Mandiri Benih. Dengan program tersebut pemerintah berharap petani tak lagi kesulitan mendapatkan benih unggul dan bermutu. Ujung-ujungnya, ketersediaan benih unggul tersebut akan mendongkrak produksi padi nasional dan terwujudnya swasembada beras.
Pengembangan Desa Mandiri Benih juga menjadi sebuah asa bagi petani untuk mendapatkan benih unggul dan tepat waktu. Selama ini, petani kerap mengeluhkan bantuan benih dari pemerintah datangnya molor alias terlambat, setelah musim tanam lewat.
Staf Ahli Menteri Pertanian, Mukti Sardjono saat Kongres Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) beberapa waktu lalu di Bogor mengatakan, salah satu strategi mencapai swasembada pangan adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul baru sesuai preferensi konsumen. Karena itu ketersediaan benih bermutu dengan jumlah yang cukup dan tepat waktu memegang peranan sangat penting.
“Melalui penggunaan benih bermutu, produktivitas tanaman akan meningkat, kualitas hasil juga meningkat,” katanya. Keuntungan lainnya lanjut Mukti, biaya produksi menjadi murah, karena benih bermutu memiliki vigor yang tinggi dan lebih tahan terhadap deraan cuaca dan serangan hama penyakit.
Penggunaan benih bermutu terbukti mampu memberikan andil dalam swasembada pangan. Pada tahun 1975 ungkap Mukti, penggunaan benih bermutu masih di bawah 10 ribu ton dengan produksi padi di bawah 30 juta ton gabah kering giling (GKG). Namun pada tahun 2015, dengan penggunaan benih bermutu lebih dari 100 ribu ton, produksi padi terdongkrak hingga 70 juta ton GKG.
Untuk membantu penyediaan benih bermutu, pemerintah pernah mengeluarkan kebijakan bantuan benih unggul dan subsidi benih. Misalnya, tahun 2007-2012 program bantuan benih gratis melalui BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul). Pada tahun 2013 hingga kini, pemerintah mengubah skema bantuan benih menjadi subsidi benih.
Benih Bermutu Rendah
Sayangnya Mukti mengakui, penggunaan benih bermutu di tingkat petani hingga kini relatif masih rendah. Diperkirakan baru sekitar 50%. Setidaknya ada tiga alasan mengapa penggunaan benih unggul masih rendah.
Pertama, petani belum mengetahui urgensi benih bermutu dalam proses produksi tanaman. Kedua, petani tidak mampu membeli benih bermutu karena harganya relatif mahal. Ketiga, benih bermutu tidak tersedia di sekitar tempat tinggal, sehingga petani kesulitan mendapatkan benih bermutu.
Nah, untuk meningkatkan pemakaian benih bermutu, pemerintah membuat program 1.000 Desa Mandiri Benih. “Dengan program tersebut diharapkan petani dapat memenuhi kebutuhan benihnya sendiri, sehingga petani mandiri dalam kebutuhan benih,” katanya.
Desa yang mendapatkan program 1.000 Desa Mandiri Benih diutamakan pada desa yang belum dapat memenuhi kebutuhan benihnya atau defisit. Kegiatan tiap unit Desa Mandiri Benih di antaranya, membuat penangkaran benih seluas 10 ha dan mendapatkan belanja bantuan kegiatan sosial sebesar Rp 170 juta/unit.
Biaya sebesar itu untuk pengadaan sarana produksi, biaya sertifikasi benih, pengadaan alat dan mesin pengolahan benih, pengemasan benih, pembangunan gudang penyimpan benih dan pembuatan lantai jemur. “Dari anggaran itu juga dialokasikan untuk kegiatan koordinasi, monitoring dan evaluasi agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan terus disempurnakan, sehingga di lapangan bisa dihasilkan yang maksimal,” ujarnya.
Bagaimana fakta di lapangan? Mukti mengungkapkan, ternyata petani menyambut baik program 1.000 Desa Mandiri Benih ini. Ada banyak keuntungan program ini. Pertama, pemerintah bisa mengakomodir kebutuhan petani yang selama ini sulit mendapatkan benih unggul. Kedua, varietas yang ditanam di Desa Mandiri Benih juga bisa menyesuaikan keinginan petani.
Dari Defisit Jadi Surplus
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir mengakui, progres 1.000 Desa Mandiri Benih yang pemerintah canangkan sebagian besar berkembang baik. Tiap desa telah ditargetkan mampu mengembangkan benih mandiri seluas 20 ha atau sekitar 5 ton/musim. Sehingga tiap tahun bisa memproduksi sekitar 10 ton benih. sumber (http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/1000-desa-mandiri-benih-1/)