Kandang kelompok ternak sapi potong mudah ditemukan di berbagai tempat. Satu di antaranya di kawasan Bolu, Seyegan, Sleman. Anggota kelompok ternak sapi potong di dusun ini sekitar 70 persennya bapak-bapak muda. Dengan anggota seperti ini diharapkan kelompok bisa berjalan lebih bisa dinamis, kreatif dan inovatif.
Bahkan dari seumuran mereka akan lebih mudah mengajak generasi muda di bawahnya agar bisa tertarik di bidang peternakan sapi potong. Alhasil, regenerasi usaha budidaya sapi potong dapat berjalan bagus ke depannya. “Usaha bidang ini cukup menjanjikan. Selain bisa menjual sapi dewasa bisa juga yang masih anakan atau bibit. Kotoran dan urin sapi dapat diproses juga menjadi pupuk,” ungkap salah satu anggota kelompok ternak sapi Mergo Andhini Makmur di dusun setempat, Susanto, Sabtu (7/2/2014).
Salah satu mahasiswa UNY yang juga warga Bolu, Diar Mulya Ashari mengaku biasa membantu bapaknya memberikan pakan sapi. Terutama sore hari setelah pulang dari kuliah, yakni jenis pakan komboran. Ia memadukan antara bekatul, ketela pohon sudah ‘dikokrok’, polar dan kulit ari kacang kedelai putih. “Bahan-bahan ini ditambah air matang secukupnya, sedikit garam lalu diaduk rata dan siap dijadikan pakan komboran untuk sapi,” papar Diar.
Diar menambahkan, senang membantu bapaknya dalam bidang budidaya sapi, antara lain ketika sapi milik bapaknya ada yang dijual dapat digunakan untuk tambahan biaya kuliah. Bahkan uang saku yang diterima bisa bertambah, ketika ada sapi terjual. Selain itu senang membantu orangtua diyakininya akan mendapat banyak pahala dari-Nya. Lalu ketika ada sapi yang akan dijual, terlebih menjelang suasana Idul Adha, ia banyak membantu mempromosikan lewat internet, baik menggunakan perangkat laptop atau cukup dengan smartphone.
“Kebetulan juga saya senang dengan hewan ternak, di rumah sekarang ini sedang senang memelihara kelinci Australia,” jelasnya.
Hal senada diungkap Norman Rosyid R yang masih kuliah di Universitas PGRI Yogyakarta, selain biasa membantu memberi pakan juga sering mempromosikan sapi yang akan dijual lewat internet. Termasuk juga mempromosikan pupuk yang dibuat kelompok tersebut. Ketika ada kunjungan mahasiswa, misalnya dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan oleh bapaknya disuruh menemani, ia pun akan menemani di kandang. Pasalnya sering belasan mahasiswa mengadakan penelitian sampai menginap, karena menunggu proses kelahiran sapi. Bahkan, ketika bapaknya sedang tidak bisa ikut jadwal piket jaga malam, ia biasa menggantikan.
“Membantu mensosialisasikan kelompok ternak sapi seperti menggunakan internet sering kami lakukan, misalnya ketika ada sapi-sapi ingin dijual dan mempromosikan pupuk berbahan kotoran sapi,” jelas Norman.
Sumber : (http://krjogja.com/read/247811/kelompok-ternak-sapi-di-seyegan-jual-sapi-via-internet.kr)