Minat masyarakat terhadap ayam buras atau ayam kampung tidak pernah pudar, terbukti dengan makin berkembangnya restoran atau warung yang menjajakan masakan dengan menu yang berbahan baku ayam kampung, seperti : pelecing ayam, soto ayam dan lainnya. Harga ayam kampung terus meningkat dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras (broiler). Dalam keadaan hidup ayam kampung harganya Rp 50.000 per ekor dengan berat badan sekitar 1 kg; harga berat hidup ayam broiler sekitar Rp. 16.000 – Rp. 18.000 per kilogram, jika per ekor beratnya 2,5 kg (umur 40-45 hari) harga Rp 40.000 – Rp. 45.000 per ekor.
Dilihat dari sisi nilai ekonomisnya, prospek ayam kampung cukup menjanjikan untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan. Namun dengan produktivitas yang relatif rendah, maka masih bersaing dengan ayam ras. Persaingan harga, kuantitas dan kualitas, sehingga konsumen mencari alternatif ayam ras untuk memenuhi kebutuhan daging dan telur ayam.
Tingkat produktivitas ayam kampung yang relatif rendah, bisa disebabkan sistem manajemen pemeliharaan. Pakan yang diberikan dengan kualitas yang relatif rendah, kualitas ternak rendah karena belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi pemuliaan. Perkawinan se-keturunan (inbreeding) menjadi penyebab menurunnya kualitas ternak. Beberapa cara telah ditempuh untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung, salah satunya yaitu dengan kawin silang (cross breeding) antara ayam kampung dengan jenis ayam unggul lainnya.
Beberapa tahun yang lalu, Ir. Bahrul Ain, alumni Fakultas Peternakan Universitas Mataram dari Desa Suralaga, Lombok Timur telah berhasil dengan ayam persilangannya yang diberi nama ayam Arbain.
Ayam Arbain merupakan persilangan antara ayam arab, ayam ras petelur, ayam bangkok dan ayam kampung, yang kemudian diberi sebutan sesuai dari ayam-ayam yang memberikan keturunan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, melalui Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) telah melakukan pengkajian pada kegiatan Kajian Inisiatif Lokal pada tahun 2006 terkait dengan pengembangan ayam Arbain ini.
Tabel 1. Perbandingan berat telur, berat badan ayam Arbain, Arab, Bangkok dan Kampung.
Karakteristik |
Jenis Ayam |
|||
Arbain |
Arab |
Bangkok |
Kampung |
|
Berat telur (g) |
45 |
38 |
39 |
32 |
Berat badan betina (g) |
1700 |
1400 |
1600 |
1400 |
Berat badan jantan (g) |
3000 |
2400 |
3000 |
2000 |
|
Sumber : Laporan Hasil Kajian Inisiatif Lokal P4MI-BPTP NTB
Ayam Arbain telah menunjukkan keunggulannya; produktivitas telur mendekati ayam Arab, hen day-nya mencapai 50% (ayam Arab 60-65%); artinya ayam Arbain bisa bertelur 150-200 butir per tahun. Pertumbuhannya cepat dan efisien pakan, dalam umur 6 minggu bobotnya telah mencapai 0,5-0,7 kg menghabiskan pakan rata-rata 0,7–1 kg sampai umur 45 hari. Pada umur 6 bulan sudah mencapai bobot jual sekitar 1–1,8 kg/ekor. Tekstur daging ayam Arbain lebih lunak dari ayam kampung tetapi lebih keras dari ayam broiler.