Karawang – “Saya sangat senang hari ini bisa bertemu dengan para petani, apalagi melihat program SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) berhasil dengan baik. Bahkan saya dengar program ini mampu meningkatkan produksi padi hingga 1 ton per hektar, ini tentu sangat luar biasa,” kata Menteri Pertanian di Desa Citarik, Tirtamulya, Karawang dalam rangkaian acara Safari Ramadhan ke sentra produksi pangan di Pantura, Sabtu (28/7)
Menurut Mentan, dengan harga jual gabah yang tinggi saat ini yaitu mencapai Rp 4300/kg untuk GKP, maka keuntungan petani menjadi semakin besar. “Saat ini petani sedang tersenyum, bagaimana tidak, jika biasanya hasilnya hanya 7 - 8 ton/ hektar, sekarang hasilnya bisa mencapai 9 ton/hektar. Apalagi dengan modal hanya sekitar 5 jutaan, mereka mampu menghasilkan Rp 35 – 38 juta/ hektar. Ini tentu hasil yang sangat luar biasa, bahkan lebih besar hasilnya jika dibandingkan dengan gaji PNS yang hanya sekitar Rp 2 jutaan per bulan,” katanya.
Melihat manfaat program SLPTT tersebut, Mentan berharap agar petani mampu mereplikasi sendiri program tersebut. “Jadi jangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah, tetapi harus punya hitung – hitungan sendiri mana yang menguntungkan dan yang tidak. Untuk program SLPTT ini, asalkan disiplin baik saat menanamnya maupun saat mengairi sawah pasti hasilnya akan optimal,” jelas Mentan
Terkait dengan usul salah seorang petani agar SLPTT bisa lebih dikembangkan lagi dengan memperbanyak Laboratorium Lapang, Mentan menyatakan bahwa program SLPTT hanyalah contoh yang dikerjakan di setiap kabupaten, jika hasilnya ingin berlipat sesuai dengan program SLPTT maka petani harus mau disiplin dan menerapkan tanam serentak. “Dengan tanam serentak, maka akan memperkecil kemungkinan mewabahnya hama pengerek padi sehingga hasil tanaman lebih banyak,” katanya.
Sementara itu, menanggapi perbaikan irigasi yang diminta oleh para petani, Mentan berjanji akan mengusahakannya, terutama irigasi tersier. Diakui Mentan, pembangunan irigasi yang dilakukan oleh petani dalam program padat karya hasilnya lebih memuaskan. “Saat ini memang sekitar 52% irigasi rusak, dan anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 21 triliun. Untuk tahun ini, kita utamakan perbaikan irigasi tersier dengan penggunaan dana sekitar Rp 3 triliun, kita usahakan agar irigasi ini cepat terselesaikan sehingga petani mampu mengairi sawahnya dengan baik,” katanya
Sumber: Biro Umum dan Humas
http://www.deptan.go.id/news/detail.php?id=1011&awal=0&page=&kunci=