Namanya Dr. Ir. Sugeng Widodo, MP, dia adalah seorang Peneliti Senior di BPTP Yogyakarta. Dengan gayanya yang ‘enerjik’ bersemangat entrepreneur menceritakan dari A sampai Z soal pengembangan mina padi di Daerah Yogyakarta dan secara kebetulan juga, dia ternyata telah memiliki sebuah laporan Quick Assesment terbaru soal mina padi.
Sebelum menjelaskan lebih jauh, menurutnya satu hal yang dicatat oleh petani adalah penggunaan varietas unggul padi dan sistem pertanamannya. Alasannya, selama ini masih ada petani yang menggunakan varietas dan sistem pertanaman yang kurang tepat. “Ada petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo tetapi tipenya 6:1 artinya sistem ini tidak jelas.
Padahal sekarang sudah ada Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari 30 yang sangat cocok dikembangkan bersama dengan budidaya ikan. Varietas ini berpotensi produksi mencapai 9,2 ton per hektar. Begitu juga dengan sistem tanamannya, baiknya menggunakan sistem tanam jajar legowo 2 : 1. Sistem terbaru ini diyakininya mampu meningkatkan produksi padi 30% dan ikan 20% khususnya untuk usaha perbenihan ikan.
Sedangkan penggunaan Inpari 30 ini dinilai cocok karena varietas ini dikembangkan untuk tahan terhadap rendaman. Varietas ini merupakan perbaikan dari Varietas Ciherang yang sudah sangat berkembang di masyarakat. Sementara jika ada petani yang menggunakan varietas IR 64, sebetulnya tidak direkomendasikan untuk mina padi.
Hasil Quick Assesment
Menurut Pak Sugeng begitu panggilan akrabnya, Quick Assesment dilaksanakan pada 13–20 Maret 2015 bertujuan untuk mengetahui kondisi karakteristik Mina Padi dan ugadi di Kab. Sleman.
Sampai dengan awal tahun 2014 terdapat 507 kelompok tani ikan di Kabupaten Sleman. Berdasarkan data Dinas Perikanan DIY, tahun 2013 produksi ikan konsumsi mencapai 25,883 ton dan benih ikan 947 juta ekor lebih. Konsumsi ikan di Kab Sleman tahun 2013 adalah 29,79 kg/kapita/tahun lebih tinggi dari rerata konsumsi ikan di DIY 24,59 kg/kapita/tahun namun dibandingkan nasional konsumsi ikan di DIY lebih rendah 28% (Nasional 35 kg/kapita/tahun). Hal ini merupakan peluang dan potensi yang perlu dikembangkan usaha budidaya ikan. Selain budidaya ikan di kolam dalam, maka peluang besar adalah membudidayakan ikan dalam pola mina padi.
Selama ini usaha budidaya mina padi belum banyak berkembang disebabkan karena nilai ikan yang dihasilkan belum banyak terserap pasar. Dengan perkembangan jumlah penduduk serta perbaikan perekonomian masyarakat DIY, maka kecenderungan peningkatan konsumsi ikan. Hal ini belum banyak dipenuhi oleh petani ikan, disebabkan karena masih lemahnya teknologi budidaya mina padi dan permodalan yang dimiliki oleh petani ikan.
Teknologi mina padi yang biasa dilakukan petani Sleman sangat bervariasi. Persentasi penggunaan lahan untuk usaha mina padi bervariasi antara 10-20% tergantung dari ketersediaan air dan kualitas air.
Lokasi di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, teknologi yang diterapkan dalam mina padi ini, sudah mengikuti pola tajarwo 2:1 dengan modifikasi setelah baris ke delapan tanaman padi dikosongkan/lebarkan (80 cm) untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi ikan untuk bergerak.
Menurut Bapak Sugino, hasil panen padi varietas Cempo Merah setelah diubin memberikan produksi 9,20 ton/ha GKP dan dibandingkan dengan panen padi dengan sistem tradisional yang telah dilakukan dengan model tegel pada MT yang sama pada lahan sekitarnya ada perbedaan yang cukup besar sekitar 20-30% lebih rendah dibandingkan dengan sistem mina padi.
Dengan teknologi yang diterapkan Jajar Legowo 2:1; Varietas Padi Cempo Merah, Ikan Nila Merah. Total keuntungan Usaha Mina Padi di BPP Pakem dalam 500 m persegi bisa mencapai Rp. 2.061.000 atau kalau dikonversi kedalam hitungan hektar keuntungannya bisa mencapai Rp. 41.220.000.
Sedangkan berdasarkan pengamatan di Lokasi Pengembangan Mina Padi di Kecamatan Seyegan, Kab Sleman, tepatnya di kelompok Mina Murakabi” Cibuk Kidul, Margoluwih Seyegan, Sleman memberikan gambaran yang lebih maju dalam penerapan mina padi.
Di lokasi ini luas hamparannya sebesar 2,36 ha dengan jumlah anggota 14 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Bapak Sigit penerapan mina padi sudah menggunakan model jajar legowo 4:1 dan modifikasi variasi disesuaikan dengan kondisi lahannya.
Di lokasi ini sudah menerapkan manajemen yang cukup baik : ada divisi pembibitan, divisi pembesaran, divisi tanaman, divisi pembuatan pakan, divisi pasar yang sudah dikoordinir dengan baik. Masing-masing divisi dipercaya penuh untuk selalu bekerja tepat waktu dan target yang sudah direncanakan dihasilkan dengan baik. Untuk supervisi dilakukan oleh PPL perikanan Seyegan yaitu Bapak Irvan yang cukup intens dalam membina dan sekaligus motor dalam teknik budidaya dan pengembangannya.
Pada analisa usaha mina dengan sistem Jajar Legowo 4:1 keuntungan bersih yang mereka peroleh mencapai Rp.1.810.000 per 500 meter persegi atau sebesar Rp. 36.200.000 per hektar. Lis
Sumber: (http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/menimbah-pengalaman-mina-padi-dari-pak-sugeng/)