JogjaBenih
  • Beranda
  • Profil JB
    • Tentang Jogja Benih
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
  • Informasi Publik
    • Artikel
    • Berita
    • Harga/Stok Benih/Bibit
    • Pedoman/Panduan
    • Pengumuman
    • Profil Benih/Bibit
    • Profil Instansi
    • Serba serbi Perbenihan
    • Varietas yang dilepas
  • Kontak
  • Login

BERITA LAINNYA
HARI JADI JOGJA BENIH KE - 8 INSTANSI YANG MEMPRODUKSI BENIH? ATAU SERTIFIKASI BENIH DIY? UPTD BP3MBTP SOLUSINYA SALAK PONDOH SLEMAN TETAP EKSPOR DI TENGAH PANDEMI COVID-19 TEKNIK MENANAM SIRIH DI LAHAN SEMPIT CARA MERAWAT POHON MANGGA YANG BERBUNGA BERKEBUN STROBERI DIRUMAH MANFAAT JERUK NIPIS DAN CARA PENANAMAN
Selengkapnya

Loading

Kendalikan Hama Padi dengan Musuh Alami

Dipublikasikan oleh: 730permana, Pada 10 October 2016, Dalam kategori: Berita

Hujan yang mengguyur di beberapa sentra pangan menjadi tanda mulainya musim tanam pertama (Oktober-Maret). Petani pun telah siap kembali turun ke sawah menggarap lahan mereka.

Namun di tengah euforia musim tanam, petani masih dihantui ancaman Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Serangan OPT selalu menjadi pekerjaan rumah petani yang sulit diselesaikan. Petani kerap secara instan mengendalikan hama penyakit dengan menyemprot pestisida.

Namun cara tersebut bukan jalan keluar yang bijak. Banyak dampak ikutan yang tak terpikirkan petani. Apalagi di lapangan, petani menggunakan pestisida secara over dosis alias berlebihan. Hal itu justru dikuatirkan tidak ramah lingkungan.

“Banyak faktor yang menye­babkan ledakan populasi hama. Tapi umumnya karena kesalahan prosedur pengendalian yang dila­kukan manusia. Alam sebenarnya sudah memiliki cara mengatur keseimbangannya sendiri,” kata Dosen Proteksi Tanaman IPB, Nina Maryana.

Contohnya, hama wereng sebenarnya ada pengendalinya (secara alami). Tapi karena jum­lahnya banyak, sedangkan pengen­dali di alam lebih sedikit sehingga tidak mampu menekan serangan. “Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana pada akhirnya malah menekan pengendali alami dari hama tersebut,” katanya.

Hama seperti wereng menu­rutnya, memiliki genetik dan ketahanan terhadap pestisida yang bervariasi. Kekebalannya biasanya diturunkan  ke  generasi selanjutnya. Jadi jika petani menyem­protkan pestisida, maka populasi yang memiliki kekebalan tinggi tidak mati. Justru yang ter­jadi malah menghasilkan ketu­runan yang lebih kebal terhadap pestisida. Akibatnya bisa terjadi ledakan populasi hama wereng.

Faktor lain yang menyebabkan terjadi ledakan hama penyakit dari hasil kajian Tim Klinik Tanaman Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB di 25 kabupaten di Pulau Jawa, karena petani tidak mengembalikan je­rami ke sawah. Akibatnya bahan organik tanah kurang. Sedangkan kandungan N tunggal sangat besar karena adanya pemberian pupuk sintetik yang berlebihan. “Kondisi tersebut diduga kuat menyebabkan serangan OPT seperti wereng batang cokelat, penyakit kresek, busuk pelepah dan busuk leher,” tutur Nina.

Cegah Sejak Dini

Nina menambahkan, pengen­dalian hama sebaiknya dilakukan tak hanya setelah petani menanam. Lebih baik jauh sebelum proses menanam  seperti penggunaan bibit/benih  unggul dan terser­tifikasi hingga monitoring per­tumbuhan tanaman setiap fase.

Sedangkan untuk menekan hama seperti wereng bisa dengan menumbuhkan jenis parasit pe­mang­sa. Parasit ini akan mele­takkan telur di telurnya wereng, sehingga saat menetas, parasit ini akan memangsa telur sehingga tidak akan menjadi wereng.

Sebagian besar parasitoid dite­mukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Dalam bentuk dewasa, parasitoid ini memerlukan makanan berupa nektar dari bunga.

Karena itu menurut Nina, cara mudah bagi petani adalah menanam bunga aneka warna sebagai penarik datangnya ber­bagai musuh alami dari wereng. Tanaman bunga di pematang sawah juga bisa berguna menjadi tempat predator (pemangsa) dari hama.

“Jenis serangga dan laba-laba menjadi predator wereng yang terbaik karena memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian,” tuturnya. Berdasarkan kajian, penanaman tanaman wijen atau tanaman bunga di pematang sawah/area persawahan terbukti mampu meningkatkan parasit yang akan memangsa telur wereng batang cokelat.

Ketua Umum Gerakan Petani Nusantara, Hermanu Triwidodo juga mengatakan, pengelolaan dan pengendalian hama tanaman padi bisa dengan meningkatkan peranan musuh alami generalis (pemakan banyak jenis mangsa dari kelompok yang berbeda) dan musuh alami spesialis (pemakan satu jenis mangsa) dengan cara pengelolaan habitat. Salah satunya dengan penyediaan tanaman penghasil nektar.

“Cara ini mampu menyediakan mangsa (hama) bagi predator sekaligus substrat tumbuh bagi mikroba serangga dan musuh dari pathogen tanaman padi,” katanya.

Habitat tanaman bukan padi, termasuk yang berpotensi sebagai gulma merupakan komponen penting dalam ekosistem sawah. Sebab, tanaman tersebut berperan dalam penyediaan bahan organik dari sisa-sisa yang mati, tempat berlindung hingga penyedia makanan (nektar dan serbuk sari) bagi musuh-musuh alami hama padi.

“Jika habitat ini dijaga sede­mikian rupa tanpa meng­ganggu tanaman padi maka akan bisa membantu pengendalian hama secara alami,” tuturnya.

sumber (http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/kendalikan-hama-padi-dengan-musuh-alami/)

Copyright © DPKP DIY 2025 | Website Resmi Jogja Benih v2.0  

Page Processed 0.049 secs