Padi emas mengandung beta karoten yang terakumulasi pada endosperm, menyebabkan warna beras berwarna keemasan. Beras tidak mengandung vitamin A namun kandungan beta karotennya akan diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh manusia. Dengan adanya padi emas ini, defisiensi vitamin A yang menyebabkan rabun senja sampai buta total dan pertumbuhan yang tidak normal diharapkan dapat dikurangi.
HaKI padi emas dibeli oleh Melinda dan Bill Gate Foundation dari Syngenta, kemudian diberikan kepada International Rice Research Institute (IRRI) untuk diadaptasi dan dikembangkan di Negara Filipina, Bangladesh dan Vietnam.
IRRI memberikan dua hasil persilangan kepada Indonesia yaitu persilangan antara IR64 dengan Kaybonnet GR2 yang saat ini sudah sampai generasi F5 (BC3F5) dan persilangan antara Ciherang dengan Kaybonnet GR2 saat ini baru sampai generasi F1 (BC2F1). Apabila tidak ada halangan hasil persilangan dengan IR64 akan dilepas tahun 2015 dan yang berasal dari persilangan dengan Ciherang baru bisa dilepas tahun 2016, tentunya setelah lolos uji aman pangan dan aman lingkungan.
Wakil Menteri Pertanian Dr. Rusman Heriawan, dalam kunjungannya ke Kebun Percobaan (KP) Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Jumat (8/3/2013), antusias mendengar penjelasan mengenai kemajuan perakitan padi emas (golden rice) yang adaptif dan sesuai dengan selera konsumen di Indonesia.
Wamentan sangat mendorong pengembangan padi emas di Indonesia, karena membayangkan dampaknya terhadap kesehatan mata dan mental pertumbuhan masyarakat. “Mata yang sehat dan pertumbuhan normal sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan bangsa untuk menghadapi persaingan karena pasar bebas regional/global dan perubahan iklim,” ujar Wamentan.