JOGJA BENIH pada tanggal 27, 29, 30 Maret dan 4 April 2017 mengadakan kegiatan konsolidasi yang dimulai dari kab. Kulon Progo. Kegiatan ini dalam rangka mendukung penyediaan benih.
“Benih merupakan kunci utama dalam swasembada pangan sehingga harus ada sinergi dari kami, BPSB, dan Jogja Benih”, Ujar Kepala Dinas Pertanian, Kelautan, Pangan dan Perikanan Kab. Bantul.
Sekda Kab Bantul, Riyantono mengatakan bahwa air merupakan permasalahan kita bersama. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air diantaranya perbaikan infrastruktur, pemberdayaan P3A, perbaikan manajeman, dan optimalisasi sumber air.
Bantul mengembangkan Bantul Seed Center, saat ini mampu memproduksi benih 200 ton per tahun contoh padi ciherang. Keunggulan benih F1 langsung bermitra dengan teman-teman petani sehingga menguntungkan pemitra.
Kebijakan Kulon Progo dalam perbenihan seperti peningkatan ketersediaan teknologi budaya, panen dan pasca panen, infrastruktur dan sarana prasarana, revitalisasi sistem perbenihan, membentuk/memperkuat/memberdayakan kelompok penangkar serta optimalisasi pemanfaatan permodalan dijelaskan dalam pertemuan konsolidasi jogja benih di Kulon Progo pada 27 Maret 2017 oleh Drh. Rr. Endang Purwaningrum selaku Sekda Kab. Kulon Progo.
Varietas benih yang tersedia di Kulon Progo berupa padi, jagung, kedelai, cabe, melon, semangka dan bawang merah. Sedangkan untuk komoditas perkebunan khususnya kelapa juga sudah dapat terpenuhi dari kelompik penangkar atau produsen benih lokal.
Pertemuan berikutnya di Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kab. Sleman tanggal 29 Maret 2017 mengungkap salak madu sudah berkembang di Sleman dan komoditas peternakan perkembangannya begitu luar biasa. Sleman cukup tinggi akan permintaan benih. Sleman sangat berpotensi akan ketersediaan benihnya.
Selanjutnya, kegiatan konsolidasi dan koordinasi Jogja Benih berlokasi di Dinas Pertanian dan Pangan Kab Gunungkidul. Gunungkidul memiliki potensi sangat besar, adanya lokasi wisata yang selalu ramai akan pengunjung sehingga berkembangnya warung makan diikuti oleh peningkatan kebutuhan beras, ikan, dll. Gunungkidul sudah memiliki Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) untuk komoditas peternakan.