Badan Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Indobic, Croplife dan Pusat Bioteknologi UGM mengadakan Seminar Nasional bertajuk Bioteknologi Pertanian dan Kontribusinya Terhadap Ketahaan Pangan di Indonesia. Seminar Nasional ini diselenggarakan pada hari Selasa, 23 Mei 2017 di Auditorium Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Seminar dibuka resmi oleh Kepala BKPP DIY yaitu Ir. Arofa Noor Indriani, M. Si mewakili Bapak Gubernur DIY yang kebetulan ada acara lain. Seminar dilaksanakan selama satu hari dengan menghadirkan enam orang narasumber baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dr. R. Aldemita (Senior Program Officier, ISAAA) mengungkapkan bahwa area tanaman global Biotek 2016 di lima negara teratas yaitu 3 negara berkembang (Brasil, Argentina, dan India) dan 2 negara industri (AS dan Kanada). Menurutnya penerapan teknologi bersamaan dengan kebijakan yang kondusif dapat melipatgandakan produksi pangan.
Delapan negara penanam tanaman Biotek di Asia Pasifik tahun 2016 yaitu India ( kapas 10,8juta hektra), Pakistan (kapas 2,9 juta hektar), Tiongkok (kapas dan pepaya 2,8 juta hektar), Australia (kapas dan kanola 0,9 juta hektar), Filipina (jagung 0,7 juta hektar), Myanmar (kapas 0,3 juta hektar), Vietnam (jagung 35.000 hektar) dan Bangladesh (terung 7000 hektar), ujar Dr. Mahaletchumy Arujanan (Executive Director, Malaysian Biotechnology Information Center). Beliau juga mengungkapkan ada 8 negara penanam non bioteknologi di Asia dan Oseania seperrti Thailand, Malaysia, Singapura, Selandia Baru, Indonesia, Taiwan,Korea Selatan dan Jepang.
Prof. Dr. M. Herman (Anggota Tim Teknis Komisi Keamanan Hayati PRG), mengungkapkan perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman dan bioteknologi tanaman. Tanaman dengan bioteknologi mempunyai sifat tahan terhadap hama atau penyakit dan toleran terhadap kekeringan atau herbisida.
Lima kunci makanan yang aman yaitu tetap menjaga kebersihan makanan, pisahkan makanan yang mentah dan matang, masak makanan dengan benar, simpan makanan pada suhu yang aman dan gunakan air serta bahan makanan yang aman, ujar dr. Tri Wibawa, Ph.D (Dosen Fakultas Kedokteran, UGM).
.