Pandangan masyarakat terhadap ubikayu atau kasava mulai berubah. Tanaman yang sering dijuluki “tanaman kaum miskin” itu kini dipandang sebagai salahsatu bintang lapangan perjuangan menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim. Paling tidak oleh kalangan ilmuwan dan masyarakat pendukung Global Cassava Partnership for the 21st Century (GCP21) yang dibentuk tahun 2003.
Hasil riset menunjukkan ubikayu adalah salahsatu di antara tanaman (pangan) petani yang paling bisa beradaptasi dengan iklim. Toleran terhadap kekeringan dan produksi bisa naik bila suhu udara meningkat. GCP21 bertujuan meningkatkan pemahaman tentang arti penting tanaman ubikayu dalam pembangunan dunia dan mengidentifikasi hambatan utama pengembangan potensi produktivitas ubikayu demi pemanfaatannya bagi jutaan penduduk dunia. Beranggotakan 45 lembaga riset tingkat dunia, GCP21 bekerja di bawah payung Strategi Pegembangan Kasava Global Internasional Funds for Agricultural Development (IFAD) dan FAO PBB.
GCP21 menyelenggarakan Konperensi Ilmiah Kedua di Kampala, Uganda, 18-22 Juni 2012 yang diikuti para ilmuwan kasava global. Peserta membahas topik yang luas termasuk cara mengatasi hama dan penyakit, mendukung riset genetik, memperbaiki praktek usahatani termasuk peningkatan produksi dan pendapatan. Konperensi telah merumuskan rencana aksi melepas potensi kasava untuk meningkatkan ketahanan pangan, memecahkan masalah kemiskinan dan menghadapi perubahan iklim global.
Fenomenal
Makanan pokok lebih dari 700 juta penduduk dunia, kebanyakan di Afrika, bergantung pada kasava. Di Asia dan Amerika Latin, selain untuk makanan manusia, banyak digunakan untuk pakan ternak, bahan baku industri dan bahan bakar nabati. Potensi kasava besar tetapi belum dikembangakan secara optimal. Produktivitas pada umumnya masih jauh rendah dibanding potensinya.
Ubikayu memang ada memiliki kelemahan. Tidak kaya nutrisi dan rentan terhadap berbagai penyakit dan hama. Namun dibanding tanaman pangan lain pada umumnya lebih bisa diandalkan menghadapi gejala pemanasan global dan perubahan iklim. Maka GCP21 telah memusatkan kegiatan riset dan aplikasi teknologi di bidang genomik, rekayasa genetik, biortifikasi, dsb yang hasilnya dilaporkan pula pada GCP21-II.
“Potensi kasava benar-benar fenomenal. Tidak ada tanaman lain yang menawarkan begitu banyak harapan bagi penduduk di sedemikian banyak bagian dunia,” ujar Ketua Bersama GCP21, Dr. Claude Fauquet.