JogjaBenih
  • Beranda
  • Profil JB
    • Tentang Jogja Benih
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
  • Informasi Publik
    • Artikel
    • Berita
    • Harga/Stok Benih/Bibit
    • Pedoman/Panduan
    • Pengumuman
    • Profil Benih/Bibit
    • Profil Instansi
    • Serba serbi Perbenihan
    • Varietas yang dilepas
  • Kontak
  • Login

BERITA LAINNYA
HARI JADI JOGJA BENIH KE - 8 INSTANSI YANG MEMPRODUKSI BENIH? ATAU SERTIFIKASI BENIH DIY? UPTD BP3MBTP SOLUSINYA SALAK PONDOH SLEMAN TETAP EKSPOR DI TENGAH PANDEMI COVID-19 TEKNIK MENANAM SIRIH DI LAHAN SEMPIT CARA MERAWAT POHON MANGGA YANG BERBUNGA BERKEBUN STROBERI DIRUMAH MANFAAT JERUK NIPIS DAN CARA PENANAMAN
Selengkapnya

Loading

Mentan Panen Kedelai di Kawasan Hutan Jati

Dipublikasikan oleh: Untung, Pada 10 January 2012, Dalam kategori: Berita

panen_ngawiNgawi – Menteri Pertanian, Dr. Ir. Suswono, MMA melaksanakan panen kedelai di kawasan hutan jati Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada Senin (9/1). Kegiatan ini merupakan salah satu terobosan yang dilakukan Kementerian Pertanian dalam menyukseskan target swasembada kedelai tahun 2014 dengan menerapkan sistem tumpang sari tanaman pohon jati dengan kedelai. “Swasembada kedelai tidak dapat ditawar lagi agar ketergantungan kepada negara lain dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali,” kata Mentan.

Kegiatan panen dilaksanakan pada skala lahan seluas 8.5 ha di Kabupaten Ngawi tepatnya di Kawasan Pengusahaan Hutan (KPH) Ngawi petak 57F dan 58B dengan umur pohon jati sekitar 1 tahun. Adapun varietas yang ditanam antara lain Anjasmoro, Grobogan, Argomulyo, Burangrang, Wilis, dan Kaba. Diperkirakan, produktivitas kedelai mencapai 1,5 t/ha dan bisa menghasilkan benih SS 8.500/kg yang dapat ditanam untuk luasan 213 ha. Sebelumnya, Kementerian Pertanian juga telah menerapkan sistem tumpang sari ini pada lahan seluas 3 ha di hutan jati di Ngawi pada periode Februari – Mei 2011.
Menurut Mentan, banyak dampak positif dari penerapan sistem tumpangsari ini yaitu selain menambah produksi tanpa harus membuka areal lahan baru, sistem ini juga memiliki nilai sinergi produktif, karena dapat menambah kesuburan tanah hutan akibat pasokan N dari bintil akar kedelai, meningkatknya produksi kedelai dan pendapatan untuk petani sekitar hutan, adanya diversifikasi produk yang dipanen, dapat menekan laju erosi serta tersedianya pakan ternak. “Oleh karena itu, saya meminta agar inovasi ini harus segera disebar luaskan kepada petani kedelai khususnya di kawasan  hutan dan  para petugas perhutani serta petani Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH),” jelas Mentan.
Hingga tahun 2010/2011 terdapat 7.430 ha lahan hutan di Jawa Timur yang ditanami kedelai. Tersebar di wilayah KPH Ngawi, Padangan, Bojonegoro, Banyuwangi, Jember dan Blitar. Sementara itu, melalui program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Kemitraan (GP3K), penanaman kedelai di KPH Ngawi pada musim hujan tahun 2011/2012 adalah 350 ha, di KPH Padangan 73 ha dan di KPH Bojonegoro 179 ha.
Sumber: Biro Umum dan Humas ( http://www.deptan.go.id )

Copyright © DPKP DIY 2025 | Website Resmi Jogja Benih v2.0  

Page Processed 0.076 secs