JogjaBenih
  • Beranda
  • Profil JB
    • Tentang Jogja Benih
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
  • Informasi Publik
    • Artikel
    • Berita
    • Harga/Stok Benih/Bibit
    • Pedoman/Panduan
    • Pengumuman
    • Profil Benih/Bibit
    • Profil Instansi
    • Serba serbi Perbenihan
    • Varietas yang dilepas
  • Kontak
  • Login

BERITA LAINNYA
HARI JADI JOGJA BENIH KE - 8 INSTANSI YANG MEMPRODUKSI BENIH? ATAU SERTIFIKASI BENIH DIY? UPTD BP3MBTP SOLUSINYA SALAK PONDOH SLEMAN TETAP EKSPOR DI TENGAH PANDEMI COVID-19 TEKNIK MENANAM SIRIH DI LAHAN SEMPIT CARA MERAWAT POHON MANGGA YANG BERBUNGA BERKEBUN STROBERI DIRUMAH MANFAAT JERUK NIPIS DAN CARA PENANAMAN
Selengkapnya

Loading

Maunya Beternak Bebek, Tapi Mana Bibitnya?

Dipublikasikan oleh: Untung, Pada 11 August 2011, Dalam kategori: Berita

TROBUT---Maunya-Beternak-BeKekurangan pasokan DOD nasional mencapai 16 juta ekor per tahun. Usaha ternak bebek pedaging tengah naik daun saat ini. Bagaimana tidak, tingkat kebutuhannya di dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan kian menjamurnya rumah makan yang menyajikan menu olahan bebek. Tak heran jika makin banyak kalangan yang melirik bisnis tersebut.

Sayang, antusiasme beternak bebek potong itu tak diimbangi dengan ketersediaan bibit DOD (Day Old Duck/bebek umur sehari) yang mencukupi. Tengok saja peta jalan perbibitan 2010. Di situ tergambar bahwa permintaan nasional DOD mencapai 140 juta ekor, tapi produksinya hanya 124 juta DOD, sehingga terjadi ketimpangan sebesar 16 juta DOD. Parahnya lagi, belum ada jenis bebek unggulan tipe pedaging yang bisa berproduksi sebagaimana ayam ras.

Kondisi terakhir inilah yang kemudian membuat Santoso—peternak bebek di Depok, Jabar—nekat mengawinsilangkan sendiri bebek peliharaannya. Lelaki yang beternak bebek sejak 2001 itu mengaku, upayanya tersebut adalah demi menemukan bebek unggulan khusus daging. Dan untuk keperluan kawin-silang, ia membeli 18 ekor bebek jenis chery vallay betina dari peternak di Garut dan 2 ekor bebek mojosari jantan.

Dua jenis bebek yang kemudian ia silangkan dengan cara otodidak ini ternyata mendatangkan keuntungan yang menjanjikan. Sejak awal Santoso memang ingin mencari jenis bebek yang mampu menghasilkan daging. “Maka saya pilih bebek chery vallay yang katanya bagus untuk pedaging, sedangkan bebek mojosari karena sifat bertelurnya yang banyak sehingga telur yang dihasilkan banyak pula,” jelasnya.

Selama hampir 2 tahun menyeleksi dan mengawinsilangkan, Santoso akhirnya memperoleh bebek yang menurutnya memiliki kualitas bagus. Bebek hasil karyanya itu selanjutnya ia beri nama santos. Sementara itu Andi, peternak bebek mojosari alabio (MA) di Karawang memilih membeli bibit bebek hasil persilangan dari Balai Penelitian Ternak Unggul (BPTU) Pelaihari, Kalimantan Selatan.

Menurutnya, bibit yang sudah mengalami pemurnian generasi ini sangat berbeda dengan bebek lainnya. Dia mengatakan dirinya baru 2 tahun beternak bebek MA dan saat ini ia sudah bisa menghasilkan 3.500 – 4.000 ekor DOD. “Meski awalnya dulu kualitas yang dihasilkan masih belum stabil,” ujarnya.

Kata Andi lagi, bebek yang lebih dikenal dengan sebutan bebek hibrida ini sangat sesuai dengan kebutuhan peternak sekarang. “Apalagi melihat makin banyaknya rumah makan dengan hidangan utama bebek, maka beternak bebek pedaging adalah pilihan tepat karena panen lebih singkat sehingga perputaran uangnya juga cepat,” jelasnya.

Tumbuhkan Pembibit

Menanggapi kurangnya pasokan DOD di tanah air, Kepala BPTU Pelaihari, Putut Budionomengatakan hal itu bisa teratasi jika jumlah pembibit banyak. “Juga soal maraknya pemotongan bebek betina produktif akan dijawab dengan adanya pembibit,”jelasnya.

Menurut Putut, untuk menjadi pembibit, modal yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan kapasitas masing-masing. “Hasil akhirnya nanti sama cuma mungkin pemasarannya berbeda, yang kapasitasnya kecil hanya untuk lokal dan yang besar pemasarannya bisa sampai nasional,”katanya.

Lebih jauh Putut menerangkan tipologi calon pembibit. Ada beberapa tipologi, yang pertama yaitu swasta murni yang memang sudah punya modal besar. Tipe ke dua yaitu lembaga sosial di masyarakat atau kelompok peternak. Dan terakhir pembibit yang dibiayai dinas daerahnya sendiri. “Karena pembibit di tiap daerah berbeda dan cara pemeliharaannya juga berbeda,” ujarnya menjelaskan adanya tipologi pembibit.

Copyright © DPKP DIY 2025 | Website Resmi Jogja Benih v2.0  

Page Processed 0.119 secs