Ikan gurami (gurame) masih menjadi salah satu komoditas andalan di kalangan pembudidaya ikanair tawar. Harga jual yang cukup tinggi dan stabil dipasaran serta permintaannya yang tetap tinggi menjadi daya tarik utama ikan yang biasa hidup di air tenang ini.
Peluang pasar inicoba dimanfaatkan Munawar bersama temannya di daerah BatujajarBandung Jawa Barat untuk mengembangkan usaha pendederan(pembesaran benih)guramiuntuk memasok kebutuhan pembudidaya di segmen pembesaran. “Kami melihat harga guramitetap tinggi dan pembudidaya segmen pembesaran mengeluh kekurangan benih makanya kami membuat usaha pendederan,” terang Munawar kepada TROBOS di lokasi kolamnya.
Tidak seperti biasanya,pendederan yang Munawar lakukan bukan di kolam tanah melainkandi kolam terpal. Ia memang mencari cara agar pendederan guramilebih efisien. Apalagi pendederan guramidengan kolam terpal di Bandung Barat belum ada yang melakukannya dan benih umumnya dipasok dari luar Bandung Barat.
Ia melanjutkan, selama ini kolam terpal identik dengan budidaya lele. Dan, di daerah Tasikmalaya serta Ciamis yang merupakan sentra budidaya guramiumumnya menggunakan kolam tanah dan air deras. “Dari pengalaman kami, kalau menggunakan media tanah untuk pendederan gurami kurang bagus karena suhu tidak bisa dijaga tetap stabil,” jelasnya. “Dengan kolam terpal kondisi itu dapat dihindari dan suhu air di pendederan dapat dijaga tetap stabil,” tandasnya.
Kualitas Lebih Bagus
Dari pengalaman melakukan pendederan guramidengan media kolam terpal yang dijalankan Munawar dan temannya ini dihasilkan kualitas benih yang lebih bagus. “Benih guramibisa tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan di kolam tanah dengan kualitas yang baik,” klaimnya.
Ia membandingkan benih guramidari telur sampai umur 1 bulan di kolam terpal bisa mencapai ukuran 10 cm. Sedangkan jika didederkan di kolam tanah ukuran benih hanya mencapai sekitar 5 cm dan kematian benih pun lebih tinggi. “Pertumbuhan dari benih ukuran silet ke bungkus korek api jika di kolam terpal, hanya membutuhkan waktu sekitar 15 – 20 hari,” katanya.
Bidik Pembudidaya KJA
Untuk memasarkan hasil pendederan guramiini, Munawar dan Isur membidik para pembudidaya di KJA (keramba jaring apung) di wilayah Waduk Saguling. “Akses kami ke pembudidaya sangat dekat sehingga memudahkan untuk menjual ke pasar,” kata Munawar.
Ia mencoba melempar benih ke pembudidaya di KJA dengan alasan agar pembudidaya tidak terpaku dengan komoditas budidaya yang dijalankan selama ini. “Pembudidaya di sini umumnya budidaya nila sehingga kami mendorong untuk mengembangkan komoditas lain,” ujarnya.
Munawar melanjutkan, benih umur 1,5 bulan dari hasil pendederan sudah bisa dipindahkan ke KJA. “KJA dengan ukuran 7 x 7 m bisa diisi benih guramimaksimal sekitar 1.000 ekor. Untuk kepadatan optimal per 1 m2 bisa diisi sekitar 50 – 60 ekor,” ia menghitung.
Dari pengalamannya, pertumbuhan guramidi KJA cukup cepat. Terlebih, di KJA banyak tersedia plankton yang menjadi makanan gurami. “Dalam waktu 2 bulan, pemeliharaan guramidi KJA bisa mencapai ukuran 1 kg berisi 3 – 4 ekor. Untuk ukuran itu, kalau medianya tanah butuh waktu sekitar 6 – 8 bulan,” klaimnya.